Balas Sanksi Ekonomi, Rusia Ancam Sikat Negara Barat dengan Nuklir

VIVA Militer: Ancaman senjata nuklir Presiden Rusia, Vladimir Putin
Sumber :
  • express.co.uk

VIVA – Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia, Dmitry Medvedev, menegaskan negaranya bakal merespons sanksi ekonomi negara-negara Barat dengan penggunaan senjata nuklir.

Bukan Hanya Palestina, Ini 9 Negara yang Belum Diakui Keanggotannya oleh PBB

Dilansir VIVA Militer dari Pravda, Medvedev yang juga mantan Presiden Rusia itu memastikan, sanksi ekonomi yang dijatuhkan negara-negara Barat dianggap sebagai tindakan agresi terhadap Rusia.

Sesuai dengan hak atas pertahanan individu dan kolektif, Rusia berhak menggunakan senjata nuklirnya untuk membalas tindakan tersebut.

Pemerintah Harus Antisipasi Kebijakan Ekonomi-Politik Imbas Perang Iran-Israel

"Dalam kondisi saat ini, sanksi bisa dianggap sebagai tindakan agresi terhadap Federasi Rusia, suatu bentu perang hibrida," ucap Medvedev.

"Dalam hal ini, negara yang mengalami agresi yaitu Rusia, memiliki hak atas pertahanan individu dan kolektif di bawah hukum nasional dan internasional," katanya.

Polisi Periksa 21 Saksi Terkait Kasus TPPU yang Jerat Ahli Nuklir UGM

VIVA Militer: Rudal balistik nuklir Angkatan Bersenjata Rusia (VSRF)

Photo :
  • Newsweek

Pernyataan Medvedev ini dilontarkan usai kedatangan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen dan Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, ke Bucha, Ukraina.

Von der Leyen dan Borrell bersama sejumlah pemimpin negara Uni Eropa, mendatangi Bucha untuk menyaksikan langsung kuburan massal warga sipil Ukraina. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, yang juga ikut datang ke Bucha, terus menuduh Rusia telah melakukan kejahatan perang di Ukraina.

Kedatangan para pemimpin Uni Eropa itu hanya berselang sehari pasca blok tersebut menyepakati sanksi putaran kelima terhadap Kremlin. 

Rusia disanksi embargo batubara, serta larangan ekspor barang-barang berteknologi tinggi dengan nilai mencapai 10 juta Euro, atau setara dengan 153,6 miliar Rupiah. Selain itu, negara-negara Uni Eropa sepakat menutup pelabuhannya untuk kapal-kapal berbendera Rusia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya