Jelang KTT ASEAN

Registrasi Media Kacau, Wartawan Disalahkan

Lambang keketuaan Indonesia di ASEAN.
Sumber :
  • kemlu.go.id

VIVAnews - Pendaftaran perizinan peliputan KTT ASEAN di Jakarta untuk para wartawan menghadapi masalah. Para jurnalis mengeluhkan lambatnya pembagian kartu tanda pengenal (ID Card) dan tidak profesionalnya cara panitia untuk mengatasi hal ini. Sebaliknya, panitia malah menyalahkan wartawan.

Menurut pantauan VIVAnews, sedari awal sistem pendaftaran online di laman www.aseansummit.org yang disiapkan panitia sudah bermasalah. Para wartawan mengeluhkan sulitnya untuk melakukan registrasi yang memerlukan dilampirkannya foto, identitas diri dan surat dari perusahaan.

"Registrasi saya selalu gagal, bahkan saya sudah mengecilkan resolusi foto dan lain sebagainya, namun tetap gagal. Saya sudah coba tiga kali selama tiga hari," ujar Fajar Nugraha, wartawan sebuah surat kabar di Indonesia.

Penyedia registrasi media, yaitu UPR Communication, yang dipekerjakan Kementerian Komunikasi dan Informasi berdalih bahwa gagalnya registrasi adalah karena salah wartawannya sendiri. Presiden Direktur UPR Communication, Ermiel Thabrani, mengatakan bahwa ini adalah sistem baru yang sensitif, isian harus sesuai dengan petunjuk.

"Ini semua berdasarkan sistem, wartawannya yang tidak mengikuti sistem," ujar Thabrani.

Masalah tidak sampai di situ. Setelah kesulitan mendaftarkan diri untuk meliput, para wartawan kembali dihadapi dengan kesulitan memperoleh ID card untuk dapat meliput KTT ASEAN yang rencananya akan dibagikan pada Selasa, 3 Mei 2011 pukul 10 hingga pukul 5.

Namun, jadwal pemberian kartu identitas molor hingga lewat pukul lima. Bahkan, beberapa diantara para wartawan tidak mendapatkan kartu identitas, termasuk para wartawan dari media asing.

"Sepertinya ini panitia ASEAN Summit nya kacau balau deh. Ini baru KTT ASEAN, coba nanti KTT APEC. Mereka jelas kalah dengan panitia Java Jazz yang dari pertama menggelar sudah profesional " keluh Alvin, wartawan dari sebuah surat kabar di Indonesia.

Tertundanya pemberian ID card berlangsung hingga esok harinya, Rabu, 4 Mei 2011. Namun, hingga tanggal itu, panitia belum juga dapat memberikan ID card kepada semua wartawan yang telah mendaftar.

"Masalah ini mengganggu saya, karena seharusnya saya sudah mulai konsentrasi soal substansi yg akan dibahas di KTT, bukan masih bingung soal ID. Panitia sangat tidak profesional. Dibanding pelaksanaan KTT di Hanoi tahun lalu, Indonesia kalah jauh," ujar Fin Harini, wartawan dari surat kabar Jepang.

Thabrani berdalih keterlambatan pemberian kartu identitas karena panitia harus mereinput kembali data-data wartawan yang dikirimkan melalui fax.  "Panitia harus melakukan reinput manual, sementara tukang cetak tidak bertanggung jawab terhadap isi," ujar Thabrani.

Penundaan lainnya disebabkan panitia perlu melakukan verifikasi data kepada wartawan yang bersangkutan. Beberapa wartawan yang tidak melengkapi persyaratan inilah, ujarnya, yang menyebabkan kemandekan dicetaknya kartu identitas bagi wartawan lainnya.

"Sistem ini memiliki batch produksi 40-40, jika anda nomor 41, maka laju percetakan akan terganggu," kata Thabrani.

Terlepas dari sulitnya mendapatkan kartu identitas, Thabrani mengatakan bahwa terdapat tiga layanan utama yang ditawarkan panitia kepada para wartawan. "Ada tiga pelayanan bagi media, konten, Interkoneksi, dan hospitality," jelasnya.

Kasus Uang Tutup Mulut Donald Trump Seret Nama Karen McDougal, Siapa Dia?
Anthony Sinisuka Ginting melawan Viktor Axelsen di Thomas Cup

Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II

Thomas Cup dan Uber Cup merupakan salah satu kompetisi bulutangkis bergengsi di dunia dengan menggunakan sistem beregu putra dan putri.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024