- REUTERS/FBI/Handout
VIVAnews - Teka-teki motif di balik ledakan dua bom di Boston Marathon, Senin 15 April 2013 mulai terkuak. Tersangka bomber Boston yang masih hidup, Dzhokhar Tsarnaev, mengakui perang Amerika Serikat di Irak dan Afganistan, memotivasi dirinya dan kakaknya, Tamerlan Tsarnaev untuk meledakkan bom.
Dikutip dari laman CNN, Dzhokhar Tsarnaev sudah bisa berkomunikasi dengan penyidik. Dzhokhar menderita luka parah di bagian leher dan masih menjalani perawatan di rumah sakit. Sementara itu, tersangka lainnya, Tamerlan, tewas dalam proses penangkapan, Jumat pekan lalu.
Pejabat pemerintah AS mengungkapkan, Dzhokhar membantah punya hubungan dengan organisasi teroris internasional. Dia pun membantah kakaknya terkait dengan organisasi teroris. Meski begitu, pejabat yang tak disebutkan namanya itu, tetap memperingatkan bahwa penyidik harus memeriksa rekening Tsarnaev bersaudara.
Kepada penyidik, Dzhokhar yang masih berusia 19 tahun, mengungkapkan bahwa dia dan kakaknya mencari tahu soal radikalisme dari internet. Penyidik pun tengah mengusut apakah majalah Inspire versi online berbahasa Inggris, mencantumkan cara-cara membuat bom.
Majalah ini diterbitkan organisasi teroris internasional, Al Qaeda, di Semenanjung Arab. Namun, sumber lain menyebut, informasi pembuatan bom ini bisa saja dari saluran lain.
Seperti diberitakan, Tsarnaev bersaudara meledakkan dua bom di dekat garis finis perlombaan maraton, 15 April lalu. Ledakan ini kemudian menewaskan 3 orang, termasuk seorang bocah umur 8 tahun. Selain itu, lebih dari 260 orang luka-luka. (art)