Laporan Uni Z. Lubis dari Kopenhagen

Indonesia Antisipasi Gagalnya KTT Kopenhagen

VIVAnews - Di tengah ancaman gagalnya KTT Perubahan Iklim ke-15 (COP15) di Kopenhagen, Denmark, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus berupaya menjembatani komunikasi dengan para pemimpin manca negara. Salah satunya dengan Perdana Menteri Norwegia, Jens Stoltenberg.

Satu jam setelah mendarat di Kopenhagen, Rabu malam (16/12) waktu setempat, Yudhoyono menerima Perdana Menteri Norwegia, Jens Stoltenberg.

Pertemuan berlangsung di Hotel Crowne Plaza, tempat Yudhoyono dan rombongan menginap selama menghadiri COP15. Demikian laporan wartawan ANTV dan VIVAnews, Uni Lubis.

Rencana pertemuan sudah dirancang sejak dalam perjalanan menuju Kopenhagen, saat perkembangan situasi di pertemuan tingkat pimpinan delegasi menemui bayang-bayang kegagalan.

Sedikitnya ada enam poin yang menemukan jalan buntu dalam mencapai kesepakatan, termasuk besaran level penurunan emisi dan jaminan pembiayaan jangka panjang serta pendanaan bagi adaptasi perubahan iklim.

Soal penurunan emisi, debat keras terjadi antara AS dan negara lainnya, terutama negara berkembang dan China. Untuk isu pendanaan, pertentangan sengit terjadi antara negara kaya dan negara berkembang.

"Sedapat mungkin apa yang kita sepakati dalam Bali RoadMap kita laksanakan, termasuk niat memperbarui Protokol Kyoto dengan perjanjian yang lebih baik dan mengikat secara hukum," ujar Yudhoyono saat bertemu PM Stoltenberg. Kedua pemimpin telah bertemu beberapa kali di berbagai forum internasional.

Indonesia menganggap Norwegia sebagai negara maju, di Eropa, dan penghasil minyak bumi, yang sangat peduli akan masalah pemanasan global dan perlunya penurunan kadar emisi karbon. Komitmen Norwegia ditunjukkan dengan mengalokasikan dana US 0,5 juta dolar per tahun untuk keperluan penurunan emisi karbon.

Negara yang dikenal paling makmur di kawasan Skandinavia ini juga mencanangkan kondisi karbon netral pada tahun 2030. Sebuah niat yang ambisius, namun serius dilakukan.

"Saya senang kita bisa segera bertemu dan mencari solusi bagi COP ini," ujar Stoltenberg kepada SBY. Pengalaman Indonesia memimpin Konperensi Perubahan Iklim di Bali tahun 2007 diharapkan bisa membantu mendorong terjadinya konsensus yang lebih maju dalam COP15.

Ruwetnya proses negosiasi dalam COP15 membuat negara peserta memutuskan membuat dua kelompok kerja untuk diskusi yang lebih intenstif. Untuk pokja pembaruan Protokol Kyoto, ketua delegasi Indonesia dan Jerman diminta memimpin.

Delegasi Indonesia dalam COP15 dipimpin oleh mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar. Pokja lainnya adalah program pembiayaan jangka panjang.

Sejumlah menteri mendampingi Presiden SBY dalam pertemuan dengan PM Norwegia, yakni Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Menteri Negara Lingkungan Hidup Gusti M. Hatta, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Menteri ESDM Darwin Z Saleh, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Negara Bappenas Armida Alisjahbana.

Usai Ramai Digosipkan Selingkuh, Rizky Nazar Minta Maaf

Turut ikut adalah Menteri Perindustrian MS Hidayat, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Menteri Pertanian Suswono, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Kepala BKPM Gita Wirjawan. Delegasi Indonesia tergolong paling besar dalam COP15. Selain menteri kabinet, ikut pula delapan Gubernur.

Petugas menunjukkan emas Antam di Butik Antam Pulo Gadung, Jakarta (foto ilustrasi)

Harga Emas Hari Ini 27 April 2024: Emas Antam Kinclong di Akhir Pekan

Harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari ini tercatat dibanderol seharga Rp 1.236.000 per gram.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024