Bangkok Kembali Jadi Ajang Pertumpahan Darah

Personil militer Thailand menembakkan peluru karet ke arah massa demonstran
Sumber :
  • AP Photo/Wally Santana

VIVAnews - Berjuluk "Tempat yang Sarat Senyum" (Land of Smiles), Thailand kembali menjadi ajang pertumpahan darah. Tepatnya di Bangkok, sepuluh orang tewas dan 125 lainnya luka-luka setelah militer kembali berjibaku dengan massa demonstran anti pemerintah, Jumat malam 15 Mei 2010.

Bukan kali ini saja duel antara tentara dengan gerombolan sipil menimbulkan korban jiwa. Pada 10 April lalu, 25 orang tewas dan lebih dari 800 orang luka-luka saat tentara juga mencoba membubarkan massa demonstran, yang selama dua bulan terakhir terus merongrong pemerintah dengan serangkaian aksi di Bangkok. Setelah tragedi 10 April, empat orang lagi tewas dalam konflik di lokasi dan waktu yang berlainan.

Maka, sejak 12 Maret lalu, konflik politik berdarah di ibukota Thailand itu telah menewaskan sekitar 40 orang. Sehari sebelum bentrokan Jumat malam, satu orang meregang nyawa akibat bentrokan dengan petugas keamanan.

Massa demonstran adalah pendukung mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang tersingkir lewat kudeta militer 2006. Dikenal sebagai kelompok kaos merah, mereka rutin berdemonstrasi di Bangkok untuk menuntut agar pemerintahan pimpinan PM Abhisit Vejjajiva dibubarkan dan segera digelar pemilihan umum. Bagi mereka, pemerintahan PM Abhisit ilegal dan sarat konspirasi.

Para pemrotes, yang rata-rata berasal dari luar kota,  juga meminta agar Raja Bhumibol Adulyadej, sebagai kepala negara yang dihormati, tidak lagi berdiam diri dan segera turun tangan mengatasi konflik. Namun, belum ada kabar dari raja yang telah berusia 82 tahun itu. Abhisit pun tidak mau begitu saja tunduk pada tuntutan Kaos Merah.

Itulah sebabnya konflik di Thailand masih belum juga menemukan jalan keluar. Bahkan, kekerasan terus berlangsung. "Kematian tidak akan bisa menghentikan kami, warga sipil, untuk terus berjuang," kata seorang pemrotes, Jatupon Prompan.

"Abhisit harus segera membubarkan parlemen dan mengembalikan mandat kepada rakyat dan jangan menjadi perdana menteri sementara (caretaker)," seru Jatuporn di salah satu wilayah yang menjadi basis massa demonstran. Militer dalam beberapa hari terakhir sudah mengepung kantung-kantung yang menjadi basis demonstran.

Saat itulah bunyi letusan senjata dan ledakan kembali terdengar. Sementara itu, juru bicara militer, Kolonel Sansern Kaewkamnerd, mengungkapkan bahwa para pemrotes juga ada yang membawa granat dan senjata. Massa demonstran tampaknya diperkuat oleh milisi terlatih yang beranggotakan 500 personil. 

Sansern mengungkapkan bahwa anak buahnya akan memperketat blokade di sekitar basis pemrotes dalam beberapa hari mendatang dan teruss melakukan operasi tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Bersenjatakan gas, peluru karet dan peluru tajam, para tentara kini dilibatkan untuk mengatasi aksi para pemrotes, yang Jumat kemarin membakar ban-ban bekas dan sebuah bus polisi.

Bukan Dibakar, Begini Cara Buktikan Keaslian Madu Murni

Sejumlah negara pun sudah menutup kantor kedutaan mereka di Bangkok untuk mengantisipasi memburuknya situasi. (Associated Press)

Dude Harlino dan Alyssa Soebandono Menyambut Anggota Keluarga Baru

Terpopuler: Artis Keturunan Darah Biru sampai Proses Kelahiran Anak Perempuan Alyssa Soebandono

Round-up dari kanal Showbiz pada Kamis, 25 April 2024. Salah satunya tentang cerita dari prosesi kelahiran anak perempuan pertama Alyssa Soebandono.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024