Aksi 'Bullying' di AS Kian Meresahkan?

Asher Brown
Sumber :
  • cbsnews.com

VIVAnews--Rolando Negrin adalah petugas administrasi keamanan transportasi (TSA) di Bandara Internasional Miami AS. Pada suatu hari di bulan Februari 2009, dia mengikuti pelatihan menguji coba mesin pemindai tubuh. Ini alat canngih. Bukan hanya menembus barang-barang yang melekat di tubuh, tapi juga detil lekuk tubuh manusia. Negrin pun suka cita menjadi sukarelawan.

Celakanya, di mesin pemindai itu, alat vital Negrin terlihat kecil. Maka di pelatihan itu, Negrin pun jadi bahan ledekan. Olok-olok berlanjut sampai pelatihan selesai, dan meluas ke departemen lain di luar TSA. Akibatnya, sepanjang tahun Negrin menanggung malu. Dia menjadi korban bullying di kantornya. 

Negrin tak bisa makan di kantin, atau melewati lorong kantor tanpa ledekan teman-temannya. Ironisnya supervisor yang dilaporinya justru tak melakukan apapun. Pada 7 Mei 2010 lalu, amarah Negrin meledak. Di lapangan parkir dia menghajar seorang rekannya. Si teman rupanya gemar mengoloknya, dan tak mau minta maaf. Dengan tongkat polisi, Negrin menggebuknya sampai babak belur.

Akibat aksinya itu, Negrin ditangkap. Dia dijatuhi hukuman penjara.  Tapi kasus ini menjadi tamparan bagi dunia kerja AS, yang selama ini kerap didera isu bullying tapi tak pernah terbukti.

Bullying kini soal serius di Amerika Serikat. Riset yang dilakukan Reuters menunjukkan satu dari empat karyawan pernah menjadi korban bullying.  Data dari Reuters Report on Desk Rage menunjukkan 50% pekerja di AS menerima ‘verbal abuse’ dalam pekerjaannya.  Satu dari enam pekerja di AS dilaporkan memendam kemarahan akibat bullying saat bekerja, dan satu dari sepuluh pekerja menjadi lepas kendali. 

Bullying di sekolah

Tak hanya di dunia kerja, bullying juga kerap mendera dunia pendidikan.  Ada satu kasus yang menampar dunia pendidikan AS akhir September lalu.

James Willie adalah orang tua murid yang kecewa sikap sekolah yang tak peduli nasib anak perempuannya. Purtrinya kerap jadi korban aksi bullying. Dia mengaku dipukul, dicubiti, dijambak, dan didorong di sekolah. Lebih gawat lagi,anak perempuan itu disuruh melakukan aktivitas tak senonoh, misalnya yang terakhir itu, kepalanya diselubungi kondom pada 21 September 2010.

Willie naik pitam. Dia naik ke bis sekolah, dan mengancam anak-anak yang kerap mengganggu anaknya. Aksinya terekam kamera di dalam bis sekolah, yang membuatnya ditangkap polisi. Memang Willie akhirnya dibebaskan, setelah dia meminta maaf pada publik.  Sekolah itu pun baru mengambil tindakan atas para pelaku.

Atau yang lebih ironis, adalah kisah Asher Brown, siswa kelas 8 (setara kelas dua SMP di Indonesia) di Hamilton Middle School. Brown bunuh diri 22 September lalu karena tidak tahan diolok-olok sebagai ‘gay’ oleh teman-teman sekolahnya. Dia bertubuh kecil, dan gayanya memang agak 'melambai' seperti perempuan.  Hingga saat ini sekolah tetap menyanggah pernah menerima keluhan, atau laporan dari Asher Brown seputar aksi bullying atas dirinya.

Saat ini 160.000 anak usia sekolah lebih memilih tinggal di rumah setiap  hari, dibandingkan pergi ke sekolah dan di-bullying.  Sekitar 1 dari 3 anak sekolah menjadi korban bullying di sekolah, dan lebih dari 60% anak pernah menyaksikan aksi bullying namun tidak bisa melakukan apapun. Jumlah ini sedemikian besarnya karena banyak faktor. 

Di lingkungan pekerjaan, pekerja yang di-bullying tidak dapat melakukan apapun karena lemahnya posisi yang dimiliki, tidak tersedianya serikat pekerja atau human resources department yang pro-pekerja.  Krisis ekonomi dan sulitnya mencari pekerjaan baru membuat ‘korban bullying’ mendiamkan masalah ini. “Pilihannya adalah menutup mata atas apa yang terjadi, atau keluar, dan itu berarti menganggur”, demikian ujar Rolando Negrin.

Walhasil para korban makin tak berkutik.  Mayoritas memilih untuk menarik diri dari pergaulan karena tak tahan dengan kekerasan psikis dan psikologis, keluar dari lingkungan dimana bullying terjadi, atau yang lebih parah – lupa diri seperti Rolando Negrin dan James Willie, atau yang menyedihkan – bunuh diri seperti Asher Brown.

Oktober, bulan anti-Bullying

Melejitnya angka bullying membuat Pemerintah AS sejak 2006 menetapkan bulan Oktober sebagai Bulan Pencegahan Aksi Bullying Nasional di AS. 

Viral Aksi Emak-emak di Makassar Mengamuk Sambil Ancam Pakai Parang Penagih Utangnya

Biasanya di pekan pertama akan diselenggarakan berbagai aktivitas edukasi dan penyadaran, dilanjutkan dengan kampanye untuk mencegah dan menyudahi aksi bullying dimana korban diajak bangkit, menyuarakan penderitaannya. Unit-unit perlindungan di sekolah dan tempat kerja yang melibatkan orang tua, guru, petugas keamanan hingga serikat buruh pun dibentuk. 

Undang-Undang Anti Bullying yang berlaku di 44 negara bagian, dan keberadaan Office of Civil Rights pun disebarluaskan kepada khalayak masyarakat. Bintang Disney – Demi Lovato – yang pernah menjadi korban bullying saat bersekolah, digandeng untuk mensosialisasikan urgensi kasus bullying ini. 


Laporan Adinda Aiden | Washington DC

Bertemu Majelis Masyayikh, Menag Bahas Rekognisi Santri dan Ma’had Aly
Song Hye Kyo dan Gong Yoo

Gong Yoo dan Song Hye Kyo Bakal Main Drama Sejarah Bareng

Penggemar drama Korea bersiaplah untuk menyambut kehadiran dua bintang top dalam sebuah kisah sejarah yang menggugah. Gong Yoo dan Song Hye Kyo, dua nama besar di Korea.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024