- AP Photo/ Hussein Malla
VIVAnews - Pasukan pemberontak di Libya telah mendekat ke kota Sirte, yang merupakan kampung halaman Muammar Khadafi. Namun, mereka mendapat perlawanan sengit dari pasukan pendukung Khadafi, yang menjadi Sirte sebagai benteng pertahanan.
Menurut kantor berita Associated Press, pasukan pemberontak Senin kemarin telah berada 100 km dari Sirte. Pemberontak harus menaklukan Sirte terlebih dahulu sebelum bisa bergerak ke Kota Misrata dan akhirnya Ibukota Tripoli.
Namun, untuk bisa menaklukkan Sirte bukanlah upaya mudah. Kota itu memiliki pangkalan udara dan barak militer pro Khadafi. Kecuali mendapat bantuan serangan udara secara signifikan dari pasukan NATO dan Koalisi pimpinan Amerika Serikat, pemberontak sulit untuk masuk ke Sirte.
"Di sana ada pendukung loyal Khadafi dan sejumlah lingkar pertahanan yang melindunginya," kata Jenderal Hamdi Hassi, panglima militer pemberontak yang berada di kota Bin Jawwad, atau 30 km dari garis depan. "Bila mereka berontak, maka tugas kami akan lebih mudah," lanjut Hassi.
"Khadafi tidak akan begitu saja menyerahkan Sirte, karena setelah kota itu adalah Misrata dan setelah itu langsung menuju rumah Khadafi," kata Gamal Mughrabi, seorang anggota pemberontak. "Jadi, Sirte merupakan garis terakhir pertahanan [Khadafi]," lanjut Mughrabi.
Sebagai kampung halamannya, Sirte dijadikan Khadafi sebagai ibukota kedua Libya. Di kota itu dibangun gedung konferensi megah, yang pernah menjadi tuan rumah pertemuan antar pemimpin Arab dan Afrika.