Korban Pelecehan Bos IMF Trauma Berat

Penangkapan Direktur IMF
Sumber :
  • AP Photo/Craig Ruttle

VIVAnews -- Dunia seperti terbalik bagi Dominique Strauss-Kahn. Sebagai pria paling berpengaruh dalam perekonomian global, ia seharusnya menjadi pembicara dalam Brussels Economic Forum di Belgia, Rabu 18 Mei 2011 waktu setempat. Namun yang terjadi justru sebalinya. Ia meringkuk di penjara Kota New York Amerika Serikat. Sebagai tahanan kasus pelecehan seksual.

Karir dan masa depan politiknya serba tak menentu. Statusnya sebagai Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) terancam lepas, dan  mimpinya menjadi Presiden Perancis dalam pemilu mendatang terancam kandas.

Khawatir bunuh diri karena tekanan mental, Strauss-Kahn kini berada dalam pengawasan ketat. Si korban jelas lebih menderita.  Pembantu hotel yang diduga akan diperkosa bos IMF itu saat ini sedang berjuang mengatasi trauma berat.

Pengacaranya, Jeffrey Shapiro,  mengatakan bahwa korban berada dalam pengawasan ahli jiwa. Perempuan malang itu tak mampu kembali ke rumahnya di Bronx dan juga bekerja, di tengah badai pemberitaan media global.

Apalagi, korban mengaku tak tahu identitas Strauss-Khan yang notabene adalah orang penting, sampai suatu ketika seorang teman meneleponnya, sehari setelah penyerangan. "Hidupnya bagai terbalik," kata Shapiro, seperti dimuat Daily Mail, 18 Mei 2011. "Ia hanyalah perempuan pekerja keras, orang tua tunggal yang menanggung hidup anaknya yang berusia 15 tahun."

Putri korban tinggal berdua dengannya. "Ia bersyukur memiliki pekerjaan, dengan itu ia bisa menyediakan makanan dan tempat tinggal untuk dia dan anaknya." Sejak peristiwa ini mencuat, jelas Shapiro, masa depan korban suram. "Ia tak tahu bakal seperti apa masa depannya. Selain apa yang terjadi di kamar hotel itu, trauma yang dia alami dalam hidupnya sangat luar biasa."

Siapa identitas korban? Saphiro tak menyebut nama. Ia hanya memberikan sejumlah petunjuk. Perempuan itu berusia 32 tahun, lahir di Guinea, Afrika Barat dan bekerja selama tiga tahun di Sofitel. "Ia tak pernah tahu siapa Strauss-Kahn."

Jaksa menuntut Strauss-Kahn atas tuduhan menyerang pembantu hotel saat perempuan itu masuk ke kamar, tanpa menyadari ada tamu yang masih berada dalam ruangan.

Menurut jaksa, pria 62 tahun itu mencoba memerkosa perempuan itu, namun gagal. Sebagai gantinya ia memaksa korban melakukan seks oral.

Lalu, wanita itu melarikan diri dari ruangan dan melapor ke petugas keamanan. Masalah menjadi serius saat polisi New York datang, memeriksanya, dan langsung melakukan investigasi.

"Korban adalah seseorang yang menghormati hukum. Ia datang dari negara yang tak menghargai penegakan hukum. Perempuan itu merasa adalah kewajibannya untuk melapor," kata Saphiro. "Ia tak punya tujuan lain selain menjawab pertanyaan yang diajukan padanya."

Menurut Saphiro kendati korban bukan warga negara AS, ia punya visa untuk bekerja di negeri Paman Sam. Dengan pendidikan dan pengalaman yang terbatas, ia bekerja sebagai pembantu.

Saphiro mengaku dikenalkan dengan korban melalui perantara seorang teman Minggu lalu. Shapiro menggambarkan perannya sebagai mencoba membantu korban dan menjelaskan proses hukum padanya. Korban masih menutup diri. "Ia tak ingin namanya diungkap karena merasa sangat takut, bakal terjadi ancaman fisik padanya."

Sementara, melalui pengacaranya, Strauss-Kahn membantah tuduhan yang dialamatkan kepadanya: tindakan kriminal seksual, percobaan pemerkosaan, pelecehah seksual. Jaminan sebesar US$1 juta yang diajukan ditolak hakim. Jika terbukti bersalah, Strauss Kahn terancam pidana maksimal 25 tahun.

Heru Budi Apresiasi Kerja Sama Proyek MRT dengan Jepang, Nilainya Rp11 Triliun
Arkhan Fikri saat Indonesia U-23 menang atas Korea Selatan U-23

Arkhan Fikri Jadi Sorotan Usai Indonesia U-23 ke Semifinal

Arkhan Fikri menjadi sorotan usai Indonesia U-23 mengalahkan Korea Selatan U-23 dalam pertandingan perempat final Piala Asia U-23 2024 di Abdullah Bin Khalifa Stadium.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024