Diserbu Asing, Industri Rokok Nasional Hancur

Seorang perempuan terlihat sedang menghisap sebatang rokok
Sumber :
  • AP Photo

VIVAnews - Semakin tingginya impor tembakau dan rokok ke Indonesia membuat banyak perusahaan-perusahaan rokok nasional gulung tikar. Mereka tak bisa bersaing. Padahal, industri rokok nasional memberi kontribusi kepada negara jauh lebih besar daripada eksploitasi sumber daya alam tambang yang selama ini andalan investasi Indonesia.

Menurut peneliti Institute for Global Justice (IGJ), Salamudin Daeng, kehancuran industri rokok dalam negeri disebabkan oleh belum adanya regulasi perlindungan para produsen rokok Tanah Air.

Kubu 03 Bantah Pemilu Ulang Hambat Pelantikan Presiden Terpilih: Alasan Mengada-ada

"Di negara-negara maju, pemerintah memberlakukan kebijakan melindungi perusahaan rokok," kata Daeng yang berbicara di sesi "Perjanjian Ekonomi Internasional dan Dominasi Aktor Global" pada Workshop Meliput Globalisasi: Indonesia di Peta Ekonomi Global oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) di Hotel Nikko, Jakarta, Kamis 16 Juni 2011.

Sebagai contoh, kebijakan pemerintah negara maju dalam melindungi perusahaan rokoknya dengan menghambat perdagangan impor tembakau dan produknya dalam bentuk hambatan tarif (tariff barrier) dan hambatan non tarif (nontariff barrier). "Bea masuk mencapai 350 persen bagi produk tembakau di AS," ucapnya. "Ini faktor pertama."

Kedua, negara-negara maju mengatur ketat konsumsi tembakau dan rokok. "Contohnya pemerintah AS memiliki US Food and Drug Administration (FDA)," tuturnya.

Ketiga, subsidi pertanian negara maju sangat besar, termasuk kepada petani tembakau. "Amerika sepanjang 1995 hingga 2009 memberikan subsidi tembakau US$944 juta," katanya.

Pasar tembakau global pada 2012, menurut Daeng, diproyeksikan mencapai US$464,4 miliar. Alasan inilah yang membuat negara-negara lain mempertahankan produksi rokoknya karena hasilnya menggiurkan.

Bangkrutnya perusahaan-perusahaan rokok nasional, terutama usaha kecil dan menengah, jelas Daeng, sebagai akibat dari kenaikan cukai yang merupakan adopsi dari Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). FCTC adalah konvensi perihal komoditas tembakau yang meregulasi dalam bentuk pembatasan produksi, perdagangan, dan konsumsi dengan alasan utama kesehatan. "Logikanya, bila cukai naik maka harga rokok turut naik yang menyebabkan konsumen rokok menurun," katanya.

Profil Sandra Dewi, Artis Cantik yang Suaminya Terjerat Kasus Korupsi

Akibat dari pengadopsian pasal pada FCTC ke dalam UU Kesehatan, perusahaan rokok nasional menjadi terpuruk. Fenomena ini kemudian dimanfaatkan perusahaan asing yang semakin agresif mengambil alih perusahaan nasional. "Sumbangan cukai kepada negara bisa mencapai Rp70 triliun, lebih besar dari sumbangan BUMN. Petani butuh aturan yang melindungi mereka dari korporasi dan pasar asing," ucapnya.

Indonesia, dalam mengimpor tembakau dan rokok terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Terlihat pada 2004, Indonesia mengimpor tembakau sebanyak 44 ribu ton dengan nilai US$167 juta. Kemudian pada tahun 2005 meningkat menjadi 64 ribu ton dengan nilai US$236 juta, dan terus bertambah menjadi 70 ribu ton pada 2006 dengan nilai US$237 juta. Pada 2007 jumlah impor 81 ribu ton dengan nilai US$313 juta.

Impor tembakau dan rokok terus mengalami peningkatan sejak perjanjian perdagangan bebas (FTA) ditandatangani pada 2005. Data Bank Indonesia yang dikeluarkan pada 2011 menunjukan, pada 2010 impor tembakau meningkat 186 ribu ton dengan nilai impor US$673 juta. "Selama pemerintahan SBY, impor komoditas pertanian bisa mencapai 150 hingga 250 persen," ungkapnya.

Sedangkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik, hasil perkebunan tembakau Indonesia pada 2004 hingga 2008 berturut-turut sebanyak 2,7 ribu ton, 4 ribu ton, 4,2 ribu ton, 3,1  ribu ton, dan 2,6 ribu ton.

Di dunia, terdapat lima perusahaan rokok yang menguasai pangsa pasar terbesar, yaitu China National Tobacco Corp (menguasai 41 persen), Philip Morris International Inc (16 persen), British American Tobacco Plc (13 persen), Japan Tobacco Inc (11 persen) dan Imperial Tobacco Group Plc (6 persen). (eh)

Wawancara Lawasnya Jadi Sorotan, Sandra Dewi Ogah Disebut Hidup Bak di Negeri Dongeng
Fashion Photoshoot Project Volume 5

Menginspirasi Generasi Baru, Fashion Crafty Jakarta Hadirkan Kolaborasi Fashion Photos Project 5

Event yang diselenggarakan oleh Fashion Crafty Jakarta menampilkan pertemuan yang menginspirasi antara desainer mode, fotografer, makeup artist, dan fashion stylist.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024