Terus Terungkap, Bukti Kebengisan Khadafi

Muammar Khadafi Pemimpin Libya
Sumber :
  • AP Photo/ Ben Curtis

VIVAnews - Hari ini adalah hari ulang tahun naiknya Muammar Khadafi ke pucuk negeri Libya.  Tepat 42 tahun yang lalu, 1 September 1969, Khadafi mengkudeta Raja Idris yang saat itu dirawat di Turki.  Setelah meringkus putra mahkota Libya, Pangeran Sayyid Hasan, Khadafi mengganti sistem kerajaan dan memproklamirkan berdirinya negara Republik Arab Libya. 

Rumah Dekat Asrama Brimob di Slipi Dilahap Si Jago Merah, 17 Mobil Pemadam Dikerahkan

Memerintah selama 42 tahun, menjadikan Khadafi sebagai penguasa keempat terlama, setelah Fidel Castro (Kuba), Chiang Kai-shek (Republik China), dan Kim Il-sung (Korea Utara). Meski kini seluruh kekuatan politik, ibukota Tripoli, Istana dan hampir seluruh negeri jatuh ke tangan pasukan oposisi, Khadafi mengaku masih mampu melawan.

"Rakyat Libya tidak bisa bertekuk lutut, tidak bisa menyerah. Kita bukan perempuan," kata Khadafi lewat saluran televisi al-Rai, seperti dilansir ulang stasiun berita BBC, 1 September 2011. Inilah pertama kalinya suara Khadafi terdengar lagi, setelah sebulan belakangan ia menghilang diburu pasukan opisisi.

TNI Pasti Profesional Tangani Kasus Oknum Diduga Aniaya Anggota KKB Papua

"Rakyat sedang berjuang melawan kolonialisme," kata Khadafi dalam pesan suara berdurasi 10 menit itu. "Mesti ada pengorbanan besar untuk kemerdekaan, para pengkhianat akan berakhir dan NATO akan hancur."

Al-Rai yang berbasis di Damaskus memang kerap menyampaikan propaganda Khadafi. Rabu lalu, putra Khadafi Saif al-Islam juga menyampaikan pesan di saluran yang sama.

Jokowi Enggak Bahas Pemerintahan Prabowo saat Buka Puasa Bersama Menteri di Istana

Bertahan di Kota Gurun

Moammar Khadafi memang hanya bisa berseru dari negara lain. Sebab di negeri asalnya kekuasaan sudah jatuh ke tangan oposisi. Seperti halnya nasib para pemimpin otoriter lain, Khadafi menjadi bulan-bulanan rakyatnya sendiri.

Setelah Libya dilanda perang saudara sejak pertengahan Februari lalu, kini Khadafi tengah dikejar-kejar oleh para pejuang oposisi yang berhasil merebut Tripoli sejak 21 Agustus lalu. 

Informasi terakhir dari Dewan Transisional Nasional (NTC/ kelompok oposisi), mengatakan bahwa Khadafi berada di kota gurun Bani Walid, yang terletak sekitar 150 km di sebelah Tenggara Tripoli. Khadafi kabarnya berada di sana bersama anaknya Saif al-Islam dan Kepala Intelijen Abdullah al-Senoussi. 

Secara efektif, kini Libya memang telah dikuasai oleh kelompok oposisi. Seperti dilansir Sidney Morning Herald, sebuah konferensi membahas masa depan Libya, digelar hari ini di Paris Perancis. Negara-negara 'sahabat' Libya, telah mengakui kelompok oposisi sebagai pemerintah yang sah. 

Rusia yang awalnya menentang operasi militer NATO di Libya, juga telah mengakui NTC. Sementara Perancis juga telah mencairkan aset-aset negara Libya sekitar US$ 2 miliar (sekitar Rp 17 triliun). Selain itu, aset Libya sebesar 140 juta poundsterling (sekitar Rp 1,9 triliun) yang dibekukan oleh PBB juga telah dikirimkan ke kota Benghazi untuk pemulihan ekonomi.

Aljazair, negara yang selama ini bersama-sama dengan Libya resisten terhadap intervensi barat di Afsudah rika Utara , juga hadir dalam pertemuan itu, kendati belum secara resmi mengakui NTC sebagai pemerintah yang sah. 

Setidaknya, menurut situs Guardian, Menlu Aljazair Mourad Medelci telah mengkonfirmasi bahwa negaranya tidak akan menawarkan perlindungan bagi Khadafi. Padahal, laporan dari harian El-Watan mengatakan bahwa Khadafi berkali-kali melakukan negosiasi agar ia dan diizinkan untuk menyeberang ke Aljazair untuk mendapatkan suaka politik. 

Dilansir dari laman Herald Sun, sejak Sabtu lalu, beberapa keluarga Khadafi sudah kabur ke Aljazair. Mereka adalah Aisha (putri Khadafi), Safiya (istri kedua Khadafi), Muhammad (putra sulung Khadafi), dan Hannibal (putra keempat Khadafi). Aisha bahkan telah melahirkan seorang anak di Aljazair.

Namun, dalam sebuah rekaman audio yang disiarkan oleh TV pro pemerintah Ar-Rai yang berbasis di Suriah,  putra kedua Khadafi Seif al-Islam, mengklaim dirinya dan ayahnya masih berada di Tripoli untuk melanjutkan perlawanan.

"Kami baik-baik saja, pemimpin kita juga baik-baik saja," kaya Seif al-Islam. Selanjutnya ia juga mengklaim masih didukung oleh sekitar 20 ribu pendukung bersenjata dan akan melanjutkan pertempuran hingga titik darah penghabisan. "Kami akan mati di tanah kami. Perjuangan akan terus berlanjut, dan kemenangan sudah dekat," katanya.

Namun, pernyataan Seif al-Islam bertentangan dengan pernyataan adiknya, al-Saadi, yang dalam wawancara kepada TV Arab Saudi Al-Arabiya, mengatakan kesediaannya untuk bernegosiasi dengan kelompok pemberontak untuk mengakhiri perang saudara itu.

"Yang terpenting adalah bagaimana menghentikan pertumpahan darah," kata dia, yang mengklaim berbicara atas nama Khadafi dan militer. Ia juga mengatakan tak keberatan menyerahkan kekuasaan kepada pemberontak. "Kami tak masalah untuk menyerahkan kekuasaan kepada mereka," katanya, dikutip dari situs The Independent.

Tuduhan pemerkosaan 

Tak lama setelah tersingkirnya Khadafi dan keluarganya dari kediaman mereka di Tripoli, harian Sunday Times Malta menyingkap kasus pemerkosaan yang dituduhkan kepada Khadafi terhadap lima wanita anggota pasukan pengamanan Khadafi.

Pengakuan lima wanita tersebut, diungkapkan oleh psikolog Seham Sergewa yang berpraktek di kota Benghazi, dan kemungkinan akan digunakan untuk menyeret Khadafi dan orang-orang dekatnya - termasuk Seif al-Islam, ke pengadilan internasional sebagai tersangka penjahat perang.

Salah satu wanita, mengaku dipaksa menjadi pasukan pengawal Khadafi, setelah sebelumnya pemerintah mengarang cerita bahwa kakaknya terlibat dengan aksi penyelundupan. Kemudian, kakaknya diancam dijebloskan ke penjara, kecuali ia bergabung menjadi pengawal Khadafi.

Kemudian, kata Sunday Times, wanita itu diperkosa oleh Khadafi. Seperti barang bekas, wanita itu juga akan digilir oleh salah satu anak laki-laki Khadafi, terus hingga ke pejabat tinggi Libya lain. 

Sejak 1970, Khadafi memang selalu dikelilingi oleh para pengawal wanita yang disebut-sebut sebagai pasukan pengawal Amazon. Seperti dilansir oleh situs News.com.au, pengawal-pengawal wanita itu harus berstatus perawan dan bersumpah setia kepada Khadafi.

Pada 1998, Khadafi yang sempat mengalami percobaan pembunuhan, bahkan sempat diselamatkan oleh salah satu pengawal wanita yang tewas diterjang peluru. Pada peristiwa itu, dua pengawal wanita lainnya juga mengalami luka-luka.

Kehidupan glamor dan wanita cantik

Tak cuma Khadafi, dan anak keduanya Seif al-Islam yang suka wanita-wanita cantik. Anak keenam Khadafi yang selama ini diisukan bersaing dengan Seif al-Islam,  al-Mu'tasim-Billah, dilaporkan juga gemar gonta-ganti pacar.

Salah satu mantan kekasih Mu'tasim adalah bekas model majalah Playboy asal Belanda bernama Talitha van Zon. Talitha mengenal Mu'tasim di sebuah kelab malam di Italia, 2004 silam. Mereka menjalin asmara selama tiga bulan, dan memutuskan untuk menjadi sahabat. 

Talitha van Zon

Talitha memutuskan hubungan mereka karena Mutashim juga berhubungan dengan wanita lain. Selama menjalin persahabatan dengan Mu'tasim, Talitha menikmati berbagai fasilitas mewah--diajak berkeliling dunia, menonton Grand Prix, dihujani hadiah mahal seperti tas Louis Vuiton, makan malam yang dihadiri Putri Caroline, juga liburan ke Kepulauan Karibia dengan pesawat pribadi milik keluarga Khadafi. 

Sehari sebelum pasukan pemberontak datang mengepung Tripoli, Talitha berpesta menenggak Jack Daniels dan coke untuk merayakan kemenangan mereka atas para pemberontak. Namun, setelah NATO melancarkan serangan ke Tripoli, Mutashim bergabung dengan pendukung Khadafi dan meninggalkannya seorang diri. 

Talitha terpaksa bertahan dan berusaha pulang ke negaranya sendirian. Tapi, ia justru disuruh mengungsi ke sebuah hotel yang meudian disergap oleh para pemberontak. Di sana, para pemberontak meneriakkan "bensin" berulang-ulang kepadanya. 

Model glamor itu tak pernah bisa membayangkan bagaimana nasibnya, jika ia tak melompat dari balkon hotel untuk melarikan diri. Mungkin, saat itu pemberontak Libya sudah membakarnya hidup-hidup.

Talitha pernah bertanya kepada Mu'tasim berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk kebutuhan hidup. Mu'tasim kemudian menyebut angkat US$2 juta atau sekitar Rp18 miliar. "Saya tanya apakah itu untuk setahun. Dia menjawab enteng bahwa itu untuk sebulan," katanya kepada Sunday Telegraph. 

Menurut Talitha, Mu'tasim sangat mengidolakan kepemimpinan Adolf Hitler, Hugo Chavez, Fidel Castro, dan ia ingin menjadi seperti mereka. Namun, Mu'tasim merasa selalu berada di balik bayang-bayang saudaranya, Seif, yang dianggap sebagai pewaris utama tahta Khadafi.

Kekejaman keluarga Khadafi

Tak hanya perilaku glamor dan playboy, keluarga Khadafi juga kerap melakukan kekerasan terhadap pelayan. Yang terakhir terungkap oleh media, adalah kekejaman yang dilakukan oleh menantu Khadafi bernama Aline Skaf (istri Hannibal) terhadap pengasuh anak bernama Shweyga Mullah.

Shwygar Mullah

Menurut CNN, Shweyga dianggap tak becus mendiamkan anakmereka yang terus menangis. Ketika Shweyga disuruh memukul anak mereka, ia menolak. Akibatnya, pengasuh berdarah Ethiopia itu disiram air panas, dipukuli, diikat, dibiarkan kelaparan, kehausan, dan kedinginan di luar rumah.

Akibat penyiksaan itu, Shweyga mengalami luka bakar yang parah. Bahkan dari luka yang tak diobati itu sempat keluar belatung dan nanah. Ia pun bahkan sama sekali tak diberi gaji. "Saya bekerja sepanjang tahun, dan mereka tak memberikan uang sepeser pun," kata Shweyga.

Ini mungkin hanya sebagian kecil kisah yang terungkap dari kehidupan Khadafi dan keluarganya. Seperti kata pepatah lama: "Siapa menabur dia akan menuai." Seperti halnya pengalaman para pemimpin diktator lain, nasib Khadafi dan keluarga akan turut ditentukan oleh perilaku-perilaku mereka di saat berkuasa. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya