Forum Ekonomi Dunia 2012

Para Wanita Inovator Berbagi Kisah di Davos

Para perempuan inovator hadir di Forum Ekonomi Dunia 2012
Sumber :
  • Dokumentasi Uni Lubis

VIVAnews - Makin banyak perempuan mencatat sukses sebagai inovator di dunia bisnis. Toh, problem kesetaraan gender masih muncul, bahkan di negara maju.

Airlangga Dapat Dukungan Satkar Ulama jadi Ketum Golkar Lagi, Didoakan Menang Aklamasi

“Di tengah dunia yang kian terkoneksi dan perkembangan teknologi komunikasi yang luar biasa, saya anjurkan Anda untuk berhenti berkoneksi,” ujar Arianna Huffington, di depan seratusan hadirin yang memadati ruang pesta koktail di lantai dasar Post Hotel, di Davos, Swiss, 25 Januari 2012.  

Hadirin sempat tertegun sejenak saat salah satu dari perempuan paling berpengaruh di jagat media itu mengatakan hal tersebut. “Disconnect”, mungkin satu hal yang tidak terpikirkan lagi bagi kalangan pebisnis dan elit ekonomi dunia yang berkumpul di Forum Ekonomi Dunia ke 41 di Davos pekan ini. 

Apalagi di era 24/7 news cycle ini. Arianna sendiri mencatatkan nama besarnya karena aktivitas di dunia maya. HuffingtonPost.com yang ikut dia dirikan pada 2005 tercatat sebagai smart-aggregator paling sukses. 

Media siber ini tahun lalu dibeli oleh AOL senilai US$135 juta dan menjadikan Arianna sebagai CEO Huffington Post Media Group. Arianna menyampaikannya dalam acara Woman Innovators, Gender Equality Spirit yang diadakan Marvell Technology Inc di Hotel Post, Davos, Rabu malam lalu.
   
Weili Dai, lulusan komputer dari Universitas California, AS, yang mendirikan Marvell Technology pada 1995 bersama suaminya Sehat Sutardja, memilih tema itu di tengah kepungan tema bernuansa globalisasi dan krisis ekonomi dalam pertemuan tahunan kaum elit dunia kali ini. 

Sengketa Pilpres Dinilai Jadi Pembelajaran, Saatnya Prabowo-Gibran Ayomi Semua Masyarakat

Peluang di sektor TI

Setiap malam selama lima hari pertemuan WEF, pemerintah dan korporasi peserta WEF menggelar pesta, forum berjejaring, yang biasa disebut “Night Cap”.

Mengganas di Piala Asia, Timnas Indonesia U-23 Jadi Perbincangan di Qatar

“Kita harus mendorong makin banyak perempuan memimpin industri teknologi informasi, karena praktis tak ada hambatan bagi perempuan di sektor ini,” ujar Weili Dai kepada Uni Z. Lubis, wartawan ANTV saat acara berlangsung. 

“Pendidikan adalah kuncinya.  Di luar IT, kesempatan berkembang dan menjadi inovator sangat terbuka bagi perempuan,” tambah Weili Dai, yang mengaku sebagai “tech geek woman” . 

Marvell kini tercatat sebagai satu dari tiga perusahaan semikonduktor terbesar di dunia, bermarkas di Silicon Valley, California, AS. Suami Weili Dai, Sehat Sutardja adalah orang Indonesia yang berani mengadu nasib di AS dan menjadi satu pionir di Lembah Silikon.

Selain Arianna Huffington dan Weli Dai yang berbicara malam itu ada Padmasree Warrior, Chief Technology Office Cisco System. Arianna menjelaskan perlunya para pemimpin bisnis, eksekutif dan profesional, terutama perempuan untuk secara rutin memutuskan koneksi dengan rutinitas. 

“Saya mengagumi Padmasree, yang gemar menulis Haiku dan berbagi soal seni lewat akun twitter-nya @padmasree,” kata Arianna. Pada dasarnya terdiskoneksi di tengah makin terkoneksinya dunia, adalah upaya menyeimbangkan kehidupan. 

“Padmasree tidur tujuh jam sehari, berlawanan dengan tren bekerja keras tak mengenal waktu yang kini menjangkiti profesional termasuk perempuan,” ujar Arianna.

“Tengoklah hasil dari terlalu terkoneksi dengan urusan rutin, bisnis, dan melupakan aspek kemanusiaan dan seni, adalah kesalahan pengambilan keputusan seperti yang terjadi saat ini dan menyebabkan kerusakan korporasi dan krisis ekonomi,” tambah Arianna.

Padmasree yang beraqsal dari India pernah tercatat sebagai salah satu orang muda bergaji paling tinggi di AS, dan perempuan berpengaruh di dunia IT. Ikut menjadi pembicara malam itu adalah Profesort Laura D’Tyson, mantan Ketua Dewan Penasihat Ekonomi era Presiden Bill Clinton. 

Laura D’Tyson adalah peserta tetap di WEF dan kini aktif menyuarakan pentingnya membuat kebijakan publik yang sensitif gender. Di negara berkembang, kata Laura kepada Uni Z. Lubis, problemnya adalah pendidikan, kesempatan, modal dan kepercayaan dunia perbankan dan pasar modal. “Ironisnya, problem yang sama masih terjadi di negara saya, Amerika Serikat,” ujar Laura. 

Padahal banyak pengalaman empiris menunjukkan perempuan sanggup membangun dan mengembangkan bisnis berskala rumah tangga menjadi usaha kecil dan menengah dan bahkan menjadi besar. Laura mencontohkan Weili Dai yang dikenal luas di AS sebagai sosok penting di balik sukses Marvell. 

“Dia sukses membangun bisnis, menjadi inovator, sekaligus mengurus rumah tangganya,” kata Laura D Tyson, yang pernah menjadi dekan perempuan pertama di London Business School.

*Laporan dari Davos oleh Pemimpin Redaksi ANTV, Uni Z. Lubis

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya