- 305651bris.com
VIVAnews - Ritual sunat ala Yahudi menyebabkan beberapa orang bayi di New York, Amerika Serikat, menderita penyakit herpes yang berbahaya bagi keselamatannya. Dalam 10 tahun terakhir, dilaporkan dua orang bayi tewas akibat tradisi ini.
Dalam pernyataan laporan Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Departemen Kesehatan AS, dilansir dari situs Al-Arabiya, Kamis 7 Juni 2012, bayi-bayi tersebut mengidap infeksi virus herpes simplex (HSV-1). Data dari tahun 2000 hingga 2011 menunjukkan enam kasus yang terjadi di New York City.
Virus ini tersebar pada alat kelamin bayi yang disunat menggunakan ritual Yahudi. Bayi yang baru lahir dipotong kulit kemaluannya oleh seorang dukun sunat atau yang disebut mohel dalam bahasa Ibrani. Dalam tradisi Yahudi, mohel kemudian menghisap darah pada luka pemotongan dengan mulutnya. Inilah yang kemudian menularkan HSV-1.
"Penghisapan oral pada luka terbuka berisiko menularkan HSV-1 dan patogen lainnya bagi bayi yang baru lahir. Sunat adalah prosedur bedah yang memotong sebagian kulit, teknik ini harusnya menggunakan alat-alat steril demi meminimalisir infeksi," tulis CDC dalam Morbidity and Mortality Weekly Report.
Para ahli mengatakan bahwa HSV-1 adalah infeksi biasa yang terdapat pada 90 persen populasi. Virus ini menyebabkan demam atau luka pada mulut, beberapa pada kelamin. Tidak ada obat untuk menangkal virus ini.
Bagi orang dewasa, virus ini tidak berbahaya dan hilang dengan sendirinya. Namun bagi bayi, infeksi HSV-1 bisa berarti kematian atau cacat permanen.
Seorang bayi yang tewas adalah satu dari bayi kembar di New York. Dalam pemeriksaan, kedua bayi kembar mengidap HSV-1. Namun, bayi yang disunat pertama oleh mohel telah menyebar virusnya dan meninggal.
Dalam penyelidian, tidak ditemukan riwayat herpes dari kedua orangtua maupun 14 suster perawat bayi tersebut. Namun mohel yang menyunat bayi kembar itu positif mengidap HSV-1. (umi)