Hujan Sederas Air Terjun di Beijing, 37 Tewas

Hujan deras di Beijing, terparah dalam 60 tahun
Sumber :
  • Reuters

VIVAnews -- Ibukota China, Beijing, dilanda hujan terparah dalam 60 tahun dari Sabtu sore hingga Minggu pagi waktu setempat, 22 Juli 2012. Air tumpah deras dari langit selama 10 jam tanpa henti, disertai angin kencang di sejumlah wilayah, dan tornado di salah satu kawasan pinggiran kota.

Menurut kantor berita China, Xinhua, tak hanya merendam sebagian kota, bencana itu terus merenggut nyawa manusia. Hingga Minggu pagi, korban tewas masih sepuluh orang, namun pada malamnya jumlah korban bertambah jadi 37 jiwa.

Sebanyak 25 orang tewas akibat tenggelam, sementara lainnya meninggal  dengan sebab berbeda, enam orang kejatuhan puing rumah, satu orang tersetrum aliran listrik, satu lainnya tersambar petir. Sejauh ini, baru 22 jenazah yang berhasil diidentifikasi.

Menurut stasiun berita CNN, selama badai berlangsung, lalu lintas macet total selama beberapa jam, memaksa pengemudi dan para pejalan kaki terlantar di jalanan. Sejumlah jalan dibanjiri air hingga kedalaman 4 meter. Ribuan aksi penyelamatan dilakukan, para penyelam dikerahkan untuk menyelamatkan mereka yang terjebak di tengah banjir.

Pejabat setempat mengatakan hampir 2 juta penduduk terdampak banjir. Sementara, kerugian yang dialami mencapai US$1,5 miliar.

Hujan deras dan banjir juga membuat 500 penerbangan dibatalkan di Beijing International Airport sepanjang Sabtu. Sebanyak 80.000 penumpang terjebak di terminal bandara. Bahkan saat operasi bandara berangsur normal, masih ada penumpang yang terlantar hingga Minggu malam.

Televisi lokal menayangkan kisah-kisah heroik tentang usaha tim SAR dan orang-orang yang saling membantu, namun di dunia maya, pemerintah hujan kritik.

Banyak yang mengeluhkan ketidaksiapan pemerintah, padahal perkiraan hujan lebat itu telah diketahui beberapa hari sebelumnya. Tak ada layanan telepon khusus, tak ada penampungan.

Juga dihujat kondisi infrastruktur yang rapuh dan tak siap. Salah satunya sistem drainase yang tak mampu mengalirkan air, mengubah jalanan menjadi kolam.

Bagai "air terjun"

Hujan yang mengguyur Beijing memang luar biasa. Kepada BBC, mahasiswa asal Inggris, Tom Smith menceritakan, saking derasnya, kala itu bagai "berdiri di bawah air terjun".

"Semua lubang drainase lenyap tertutup banjir. Sangat membahayakan, sungguh sulit saat itu untuk mengetahui di mana saja lubang berada," kata dia.

Sementara, pebisnis asal Inggris, Ewen Wardman menjadi saksi perjuangan seorang perempuan yang nyaris tewas setelah terjebak lubang drainase.

"Aku melihat perempuan itu berjalan di jalan, tiba-tiba ia tersapu sekitar 100 meter. Ia terhenti, terjebak di lubang drainase, dengan air deras mengalir di atas tubuhnya yang terendam."

Sekitar 20-30 orang telah mengepungnya tetapi hanya sedikit bisa membantu. "Awalnya terlihat mengerikan, dengan air mengalir di atas kepalanya. Perjuangan sekitarsekitar lima menit akhirnya berhasil membebaskannya." (ren)

Jangan Asal Obati, Ini Cara Membedakan Antara Jerawat Purging dan Breakout
Sekjen Gerindra Ahmad Muzani di Jalan Kertanegara 16, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Senin 5 Februari 2024

Sekjen Gerindra Sebut Prabowo "The New Sukarno"

Sekretaris Jenderal Gerindra mengatakan kemenangan Prabowo Subianto bukan akhir dari perjuangan melainkan awal perjuangan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024