- REUTERS/Yannis Behrakis
VIVAnews - Rutinitas di Ibukota Yunani, Athena, lumpuh saat puluhan ribu massa melakukan aksi protes dan mogok kerja massal pada Kamis waktu setempat, 18 Oktober 2012. Protes digelar seiring upaya pemerintah membujuk Uni Eropa untuk memperpanjang tenggat waktu bagi langkah penghematan Yunani.
Diberitakan Reuters, protes kali ini adalah yang kedua kalinya dalam tiga minggu terakhir di Athena. Protes kali ini juga digelar di kota Thessaloniki dan Patras serta pulau Crete.
Lebih dari 20.000 massa turun ke jalan-jalan di kota Athena menuntut pemerintah untuk tidak kembali menerapkan langkah penghematan baru. Kebanyakan sektor bisnis dan publik lumpuh saat mogok massal selama 24 jam diserukan oleh dua serikat pekerja terbesar Yunani, ADEDY dan GSEE.
Sebanyak 4.000 aparat diturunkan untuk melindungi kementerian dan kantor parlemen. Jalan-jalan diminta dikosongkan.
Sempat terjadi bentrokan antara demonstran dan polisi di beberapa tempat. Namun, bentrokan ini hanya berlangsung sekitar 90 menit. Seorang pria usia 65 tahun dilaporkan tewas setelah pingsan akibat kepanasan saat ikut berdemo.
Demonstrasi dilakukan tepat pada hari pertemuan para pemimpin Eropa di Brussels, Belgia, dengan agenda memperat mempererat kerja sama negara-negara eurozone. Diberitakan CNN, persatuan negara-negara Uni Eropa dirasa penting demi menciptakan kemajuan dalam mengatasi krisis utang regional dan memicu pertumbuhan.
Perpanjang Tenggat
Dalam pertemuan tersebut, Perdana Menteri Antonis Samaras dilaporkan akan membujuk negara-negara Eropa lainnya untuk memperpanjang tenggat waktu penghematan anggaran. Langkah penghematan ini harus dilakukan Yunani sebagai syarat diberikannya dana talangan (bailout) berikutnya oleh Troika: Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa dan IMF.
Troika mengharuskan Yunani untuk potong anggaran hingga 11,5 miliar euro demi dana talangan berikutnya senilai 130 miliar euro. Pemotongan berarti semakin meningkatnya kesengsaraan bagi rakyat Yunani yang subsidinya dihapus dan pajak dinaikkan. Jumlah pengangguran juga diprediksi akan bertambah.
"Menyetujui langkah penghematan tersebut berarti memaksa masyarakat untuk menderita dan konsekuensinya akan memicu protes lebih banyak lagi," kata Yannis Panagopoulos, ketua serikat pekerja GSEE yang memiliki anggota hingga dua juta orang. (ren)