Beijing Masih Diselimuti Kabut Polusi Tebal

Warga Beijing, China, memakai masker berjalan di tengah kota
Sumber :
  • REUTERS/Jason Lee

VIVAnews - Kualitas udara di Beijing masih melebihi batas aman di tengah-tengah peringatan akan kabut polusi yang tidak hilang hingga Kamis, 30 Januari 2013.

Di pusat kota Beijing, jarak pandang kian menurun dan berkisar 200 meter. Para pejalan kaki pun terpaksa menggunakan masker wajah untuk menembus tebalnya kabut di jalan-jalan. Pemerintah kota Beijing sampai harus mengeluarkan himbauan bagi warganya agar tidak meninggalkan rumah kecuali jika memang diperlukan.

Kabut tebal juga mengganggu aktivitas di gedung-gedung perkantoran yang terletak di kota Beijing. Ini sudah berlangsung selama dua hari berturut-turut. Menurut Telegraph, 29 Januari 2013, sebanyak 20 karyawan sampai harus mengenakan pelindung kepala ketika bekerja untuk melindungi diri mereka dari kepulan kabut tebal.

Stasiun televisi China Central Television (CCTV) melaporkan efek kabut tebal terparah terjadi di provinsi Henan. Sebanyak 109 penerbangan di bandara Zhengzhou, Henan terpaksa dibatalkan karena provinsi itu masih ditutupi kabut tebal.

Sementara itu Kantor Berita Xin Hua melaporkan, di bagian timur provinsi Shandong, hampir 2.000 penumpang terlantar di bandara Qindao setelah bandara tersebut membatalkan 20 penerbangan. Hal ini dilakukan karena jarak pandang yang hanya 100 meter tidak memungkinkan untuk penerbangan. 

Akibat peristiwa ini, warga Beijing mempertanyakan kinerja walikota Beijing yang baru terpilih, Wang Anshan. Koran The China Daily bahkan menulis di tajuk utamanya "apa yang diharapkan warga Beijing dari walikota baru mereka".

Luhut Sebut Apple Bakal Investasi Besar: Tim Cook Baru Sadar RI Potensial

Masih menurut harian itu dari semua harapan warga Beijing,
memiliki kualitas udara merupakan keinginan utama semua warga ibukota China tersebut.

Kabut tebal mulai menyelimuti beberapa provinsi di China dan mencapai puncaknya pada 13 Januari lalu. Seperti diberitakan South China Morning Post, Pusat Monitoring Lingkungan Dewan Kota Beijing mencatat materi partikulat polusi di kota itu mencapai 700 mikrogram per kubik meter.

Sementara itu, Kedubes Amerika Serikat yang memiliki pencatat sendiri melaporkan materi partikulat polusi mencapai 886 mikrogram per kubik meter. Ini jauh dari kondisi udara aman yang ditetapkan oleh WHO yaitu 25 mikogram per kubik meter.

Dampak pertumbuhan ekonomi

Banyak pihak menilai polusi udara di China yang kian tinggi disebabkan tingkat urbanisasi yang semakin tinggi dan perkembangan ekonomi di negeri tirai bambu itu yang sangat cepat.

Bacok Penjual Nasgor di Cilincing hingga Tewas, Bucing Terancam Hukuman 15 Tahun Bui

Namun beberapa pengamat menilai ketidakmampuan pemerintah China dalam mengendalikan penggunaan kendaraan pribadi dan batu bara lah yang dilihat sebagai kunci utama fenomena ini.

Menurut chinaworker.info, jumlah kendaraan pribadi di China meningkat menjadi 100 juta kendaraan di tahun 2011 dan diproyeksikan menjadi 200 juta kendaraan pada 2020.

Presenter Cantik Asal Spanyol Ini Bukan Manusia
BMKG menemukan ketebalan tutupan es di Puncak Jaya, Papua, berkurang

BMKG Temukan Ketebalan Tutupan Es di Papua Berkurang 4 Meter

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melakukan pemantauan tutupan es atau gletser di Puncak Jaya pada 2009-2023.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024