Kematian Agen Mossad Ungkap Tabir Gelap Mata-mata Israel

Salah satu penjara di Israel bernama Ayalon.
Sumber :
  • REUTERS/Nir Elias

VIVAnews - Aksi bunuh diri seorang agen Mossad di penjara Ayalon, kota Ramla, Israel, 2010 lalu membuka tabir gelap praktik mata-mata Israel di berbagai negara. Peristiwa ini juga memicu ketegangan antara Israel dengan beberapa negara. 

Saat peristiwa itu terjadi, tidak ada yang tahu nama agen tersebut, ataupun mengapa dia dipenjara di fasilitas tahanan super ketat tersebut. Bahkan, sipir penjara sendiri tidak tahu apa tuduhan terhadapnya. Catatan pengadilan soal dakwaan dan vonisnya juga abu-abu.

Semenjak itu, media menyebutnya sebagai "Tahanan X". Pemerintahan Benjamin Netanyahu berusaha memberangus pemberitaan soal ini, dengan ancaman denda atau penjara bagi para editor yang memberitakannya. Desakan media dan organisasi HAM soal kasus kontroversial ini juga tidak membuahkan hasil.

Sampai akhirnya kantor berita Australia ABC mengungkapnya. Menurut ABC Selasa lalu, agen Mossad yang tewas itu adalah Ben Zygier, warga Yahudi yang memiliki kewarganegaraan ganda Australia-Israel.

Viral Jeam Kelly Sroyer Dikeplak Shin Tae-yong, Ternyata Gegara Ini

Di negara ini sejak tahun 2000an, Zygier mengganti namanya menjadi Ben Alon. ABC menuliskan, Zygier/Alon bekerja sebagai mata-mata Mossad.

Tahun 2010, Zygier ditahan atas alasan yang tidak jelas, diduga akibat kesalahan saat melakukan misinya. Pria 34 tahun ini ditempatkan di penjara khusus di Ayalon dan tidak boleh ada yang mendekat. Penjara jenis ini dulu digunakan untuk Yigal Amir, pembunuh Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin tahun 1995.

Desember 2010, Zygier ditemukan gantung diri. Berita kematiannya dipublikasikan di media Israel Ynet, namun tidak diketahui identitasnya, hanya Tahanan X. Pemerintah Israel memerintahkan berita itu dihapus dan melarang ada pemberitaan lagi soalnya.

Pemberitaan ABC ini juga diberangus oleh Israel. Kementerian Australia langsung melakukan penyelidikan resmi soal klaim ini. Hal ini akhirnya memaksa pemerintah zionis buka mulut dan melonggarkan sensor mereka terhadap berbagai media.

Reuters
menuliskan, atas desakan tersebut pengadilan Tel Aviv langsung mengonfirmasi berita itu. Dikatakan bahwa dua tahun lalu warga dengan dua kewarganegaraan yang dipenjara secara rahasia karena alasan keamanan negara, ditemukan tewas bunuh diri. Pengadilan Israel tidak membantah atau membenarkan laporan ABC soal identitas tahanan itu.

Praktik Hitam Mata-mata Israel

ABC menuliskan, bahwa Zygier memiliki tiga paspor Australia dengan nama berbeda yaitu Ben Alon, Ben Allen dan Benjamin Burrows. Kasus ini membongkar praktik hitam negara Yahudi itu dalam menurunkan mata-matanya.

Dengan menggunakan orang-orang seperti Zygier, Israel dapat dengan mudah masuk ke negara-negara target, kali ini adalah Australia. Dalam tiga tahun terakhir, Israel juga merekrut orang-orang berkewarganegaraan ganda untuk berbagai aksi mata-mata atau pembunuhan.

Salah satunya adalah kasus pembunuhan petinggi Hamas Mahmoud al-Mabhouh, di Dubai, Januari 2010 lalu. Para pelaku diketahui memiliki beberapa macam paspor, termasuk di antaranya paspor Inggris, Irlandia, Prancis, dan Australia.

Menurut seorang mantan intelijen Israel, paspor negara kelahiran atau paspor palsu sangat diperlukan agen untuk menyembunyikan identitasnya yang asli jika ketahuan. Jadi, jika operasinya terendus, nama Israel akan bersih, dan yang disalahkan adalah negara yang tertera di paspor.

Para agen juga tidak bisa membongkar identitasnya, jika tidak ingin berakhir seperti Zygier, mendekam di penjara untuk waktu yang lama. Karena kasus inilah, Israel kerap kali bersitegang dengan negara-negara yang seharusnya menjadi sahabat.

Praktik intelijen saat ini sangat diperlukan Israel, terutama untuk mengintai program nuklir Iran, gerilyawan Hizbullah Lebanon, dugaan senjata nuklir di Suriah dan penyelundupan senjata ke Palestina lewat Dubai, Sudan dan Mesir.

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi/Realisasi Investasi.

Pemilu di AS dan Eropa Diprediksi akan Pengaruhi Iklim Investasi Indonesia

Selain Indonesia, tahun 2024 akan ada 64 negara yang juga menyelenggarakan pemilu. Sebagian besar Pemilu 2024 akan terjadi di Benua Eropa, dimana akan ada 19 negara yang

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024