Sumber :
- REUTERS/Bazuki Muhammad
VIVAnews
- Ketegangan terus terjadi di wilayah Lahad Datu, Sabah, yang menjadi rebutan antara Malaysia dengan Kesultanan Sulu, Filipina. Otoritas Malaysia bahkan memutus pasokan makanan ke wilayah ini untuk menekan orang-orang Kesultanan Sulu yang menolak meninggalkan Sabah.
Sekretaris Jenderal Kesultanan Sulu, Abraham Idjirani, mengutuk keras blokade ini. Dia menilai, blokade bahan makanan ini sebagai pelanggaran hak Tentara Kerajaan Sulu yang dipimpin oleh Raja Muda Abimuddin Kiram.
Baca Juga :
Ada Luka Tembus Pelipis Anggota Satlantas Polresta Manado yang Ditemukan Tewas di Mampang
Sekretaris Jenderal Kesultanan Sulu, Abraham Idjirani, mengutuk keras blokade ini. Dia menilai, blokade bahan makanan ini sebagai pelanggaran hak Tentara Kerajaan Sulu yang dipimpin oleh Raja Muda Abimuddin Kiram.
Baca Juga :
Arema FC Semakin Jauh Dari Zona Degradasi
"Kami menekankan bahwa rakyat kami pergi dengan damai, Sabah adalah tanah air kami," kata Idjirani sebagaimana dikutip
Philstar
, Rabu 20 Februari 2013.
Sementara itu, salah satu ahli waris Kesultanan Sulu, Sultan Raja Mohammad Ghamar Mamay Hasan Abdurajak, menegaskan Sabah merupakan milik Kesultanan Sulu. "Malaysia harus menghormati hak kami, dan Sabah terus menjadi milik Kesultanan Sulu dan North Borneo. Kami pemilik Sabah," kata dia sebagaimana dimuat
Manila Times
.
Abdurajak meminta pemerintah Malaysia untuk tidak melukai sekitar 600 Muslim FIlipina pengikut Kesultanan Sulu yang berada di sebuah desa di Lahad Datu.
Sementara itu, istri Abduraajak, Ratu Maria Makiling Helen Fatima Nasaria Panolino Abdurajak, meminta pemerintah FIlipina untuk menjamin keselamatan pengikutnya yang ditahan di Sabah. Dia mengatakan, ribuan warga Muslimdi Sabah mendukung klaim Kesultanan Sulu atas Sabah.
"Pemerintah dan Kongres harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan lagi Sabah. Ini menunjukkan kami menjadi warga asing di wilayah sendiri," katanya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Kami menekankan bahwa rakyat kami pergi dengan damai, Sabah adalah tanah air kami," kata Idjirani sebagaimana dikutip