Rasa Bersalah Sergap Veteran Tentara AS

Tentara Amerika Serikat
Sumber :
  • Reuters
VIVAnews -
Kenaikan Tarif Cukai Disarankan Moderat Menyesuaikan Inflasi agar Tidak Suburkan Rokok Ilegal
Para veteran tentara Amerika Serikat tengah dihinggapi perasaan bersalah yang hebat yang disebut dengan istilah "cedera moral". Menurut para dokter, cedera moral merupakan luka yang disebabkan peristiwa yang dialami para veteran tentara ketika berada di medan perang.

Akibat Rem Mendadak, Pengendara Motor Tabrak Pikap hingga Terjungkal

"Mereka telah melakukan sesuatu atau gagal melakukan sesuatu yang melanggar etika moral yang mereka pegang teguh," ujar seorang dokter seperti dikutip laman
Viral di Media Sosial Tawuran Brutal Antar Pelajar, 3 Pelaku Terancam Hukuman Penjara 10 Tahun
Al Arabiya , beberapa waktu lalu.


Jika dilihat dari gejalanya cedera moral mirip dengan gangguan stress pasca trauma (PTSD). Rasa malu yang dalam, perasaan bersalah dan kemarahan adalah beberapa gejala yang dialami pengidap penyakit kejiwaan ini.


"Cedera moral bukanlah sebuah permasalahan kesehatan. Tetapi hingga kini penanganannya pun belum jelas," ungkap seorang konsultan psikiatri bagi ahli bedah kelompok tentara, Kolonel Elspeth Ritchie.


Masih menurut Ritchie, pembunuhan di area peperangan merupakan masalah bagi sebagian tentara yang memiliki gangguan ini. Selain itu pengalaman beragam ketika mengawal tahanan atau menyaksikan warga Irak terbunuh dalam perang sektarian 2006-2007 juga dianggap memicu munculnya gangguan tersebut.


"Kau mungkin tidak melakukan sesuatu yang salah dalam hukum perang. Tetapi rasa kemanusiaan yang kau miliki merasa ada sesuatu yang keliru," tutur pria yang kini menjabat sebagai kepala pegawai klinik di Departemen Kesehatan Mental di distrik Columbia.


Salah satu penderita cedera moral adalah mantan kapten angkatan laut AS, Timothy Kudo. Kudo yang kini telah lulus setelah menempuh pendidikan di Universitas New York, tiap hari menganggap dirinya sebagai pembunuh. Rasa bersalah itu kerap dia rasakan setiap hari.


"Saya tidak dapat memaafkan diri saya sendiri. Dan orang yang bisa memaafkan saya telah mati," ungkapnya.


Penyesalan mendalam  yang dirasakan Kudo bersumber dari peristiwa di tahun 2010. Kala itu dua orang remaja secara tidak sengaja terbunuh oleh timnya di Afganistan. Saat itu Kudo dan timnya sedang bertempur dengan militan ketika dua remaja itu datang dengan sepeda motor.


Timnya lantas menembaki kedua remaja itu karena dikira membawa senjata. Ternyata setelah diteliti kembali, kedua remaja itu membawa kayu dan gulungan kain. "Tidak ada semenitpun setiap harinya - baik sedang mandi atau berjalan - saya berhenti memikirkan apa yang terjadi saat itu," kata Kudo.


Seorang psikiater yang merupakan mantan tentara angkatan laut, William Nash, menyarankan penggunaan teknik pertolongan psikologis pertama untuk membantu para tentara menghadapi gangguan mental ini, kehilangan dan peristiwa trauma lainnya.


"Selain itu pemaafan oleh diri sendiri merupakan kunci untuk menolong para tentara yang sudah merasa melanggar rasa kemanusiaannya," ujar Nash. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya