Penari Australia Ini Giat Populerkan Seni Tari Indonesia

Warga RI dan Australia berlatih tarian tradisional Indonesia
Sumber :
  • VIVAnews / Renne Kawilarang

VIVAnews - Indonesia patut berbangga kepada kaum seniman seperti Alfira O'Sullivan. Warga Australia ini giat mencurahkan tenaga dan keahliannya dalam menari untuk mempopulerkan seni budaya Indonesia di negerinya.

"Menari sudah jadi jalan hidup saya dan saya bangga secara swadaya memperkenalkan tari-tarian Indonesia kepada warga lokal di Australia," tutur Alfira saat ditemui VIVAnews di rumahnya di luar Kota Sydney beberapa waktu lalu. Bersama seniman tari asal Aceh, Murtala, Alfira giat mengajarkan tari-tarian Indonesia kepada warga Australia dan pentas di sejumlah kota di Negeri Kanguru itu.

"Anak-anak sekolah di sini senang bergerak. Itulah mengapa mereka antusias belajar tarian Indonesia, seperti Ratoh Duek dari Aceh, yang secara beramai-ramai menggerakkan tangan dan badan," kata Alfira.

Lahir di Kota Perth, Australia, Alfira berdarah Indonesia-Irlandia dan ibunya adalah orang Aceh. Itulah sebabnya dia juga lancar berbahasa Indonesia.

Ketertarikannya menari muncul saat dia belajar menari jaipong di masa remaja. Alfira lalu intensif mempelajari tari-tarian tradisional Indonesia dengan berguru di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, dan di Solo.

Pulang ke Australia, pada 2001 Alfira mendirikan Kelompok Tari Suara Indonesia. Kelompok tari itu berhasil mengundang minat warga Indonesia di Australia maupun warga Australia keturunan Indonesia untuk belajar dan mempopulerkan beragam tari nusantara.

"Secara sukarela, para anggota Kelompok Tari Suara Indonesia telah mengajarkan tari-tarian di ratusan sekolah di penjuru Australia dan Selandia Baru," kata Alfira.

Mereka pun kini tengah sibuk mempersiapkan festival tari Indonesia di Kota Marrickville, New South Wales, yang merupakan tempat tinggal Alfira. Festival ini diberi nama "Asyik" dan direncanakan berlangsung 22 Juni mendatang.

"Festival ini akan kami buat lebih meriah karena tidak saja menampilkan tari-tarian, tapi juga bazar makanan dan pakaian khas Indonesia. Anak-anak sekolah setempat juga akan ikut menari Ratoh Duek," kata Alfira antusias.

Yadea Hadirkan Motor Listrik Sport Fairing

Seniman RI dan Australia pertunjukkan tarian tradisional Indonesia

Alfira dan Murtala dalam suatu pertunjukan tari di Australia. (Dokumentasi Alfira O'Sullivan)

Shayne Pattynama Beri Kabar Baik untuk Timnas Indonesia

Seni tari juga membuat Alfira berkelana ke beberapa negara. Dia pernah menjadi relawan di Palestina pada 2010 dengan mengajarkan tari-tarian kepada para penghuni kamp pengungsi.

Alfira pun pernah menjadi guru tari di sejumlah desa di Papua Nugini. Namun, yang paling menyentuh hatinya adalah saat menjadi relawan di Aceh pada 2006. 

Terkuak! Kedermawanan Babe Cabita Diam-diam Beli Baju untuk Anak Panti Asuhan

"Ketika itu masyarakat di Aceh masih berjuang keras untuk pulih dari kerusakan dahsyat bencana tsunami Desember 2004. Saya dan para relawan lain dengan kemampuan terbaik kami berupaya menghibur mereka agar lepas dari trauma, salah satunya mengajak menari tradisional," kata Alfira.

Perjuangan Berat

Namun, mempopulerkan budaya Indonesia di Australia butuh perjuangan yang berat, mengingat Alfira bersama Suara Indonesia melakukannya secara mandiri. "Kami berjuang sendiri dan cari dana sendiri. Maka kami sangat senang ketika Pemerintah Kota Marrickville mendukung pendanaan festival Indonesia yang akan datang," kata Alfira.

Baik Alfira dan Murtala pun mengaku tidak mudah mencari dana di Indonesia. Hambatan birokrasi membuat mereka sulit untuk untuk mengharapkan sponsor dari tanah air.

Tapi mereka tidak menyerah. "Ini bisa menjadi hikmah. Artinya, kami tidak menjadi bergantung kepada pemerintah untuk memperkenalkan budaya Indonesia di Australia dan tidak boleh menyerah. Namun semangat pantang menyerah ini membuat kami giat membuka komunikasi dengan berbagai pihak dan ini membuat kami beberapa kali diminta tampil di berbagai kota," kata Murtala.  

Menjadi seniman dan guru tari di Australia bukanlah profesi menjadi kaya. Alfira mengaku harus mencari usaha sampingan untuk membayar sewa rumah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Demi memenuhi kebutuhan kami berjualan makanan, seperti martabak dan gado-gado," kata Alfira.

Namun, Alfira yakin perjuangan berat ini tidak akan sia-sia. Bersama Murtala dan para anggota Suara Indonesia, Alfira melihat ada kepuasan tersendiri bisa mempopulerkan seni tari Indonesia di Australia.

"Kami bangga bisa secara nyata menyambungkan bangsa Indonesia dan Australia lewat seni budaya. Ini cara yang sederhana tapi saya percaya dampaknya sangat besar," kata Alfira.

Murtala pun berharap adanya pusat-pusat kebudayaan Indonesia di beberapa kota Australia. Harapan ini sejalan dengan strategi jangka panjang hubungan luar negeri Australia, yang kini ingin lebih mendekatkan diri dengan negara-negara Asia, termasuk Indonesia.

"Melalui Buku Putih 'Australia in the Asian Century,' Australia kini ingin mengirim lebih banyak mahasiswa Australia ke Indonesia untuk belajar. Itu kebijakan yang sangat bagus, tapi dukung juga program-program budaya Indonesia di Australia," kata Murtala.

Warga RI dan Australia pertunjukkan tarian tradisional Indonesia

Kelompok Tari Suara Indonesia memperagakan tari kipas. (Dokumentasi Alfira O'Sullivan)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya