Mendagri Prancis Yakin Penusukan Atas Tentaranya Kasus Terorisme

Polisi Prancis memeriksa lokasi ledakan bom di luar KBRI Paris. Foto: REUTERS/Benoit Tessier
Sumber :
  • REUTERS/Benoit Tessier
VIVAnews
Marah Anggotanya Disiksa, ISIS Rilis Video Ancam Bunuh Presiden Putin: Berhenti Siksa Anggota Kami!
- Penusukan atas seorang tentara Prancis di dekat Ibu Kota Paris akhir pekan lalu dianggap sebagai bentuk terorisme. Pihak penyidik setempat menduga insiden itu terinsipirasi oleh kejadian serupa yang menimpa seorang serdadu Inggris di London beberapa waktu lalu.

Menakar Peluang Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026, Ada Berapa Tahap Lagi?

"Ada beberapa elemen yang membuat kami percaya bahwa serangan kemarin itu bisa jadi adalah tindakan terorisme," kata Menteri Dalam Negeri Prancis, Manuel Valls, kepada stasiun televisi France 5 Minggu waktu setempat. "Saya tidak mau berkomentar lebih lanjut karena investigasi baru saja berlangsung," lanjut Valls.
Pembakar Al-Quran Salwan Momika 'Diusir' dari Swedia, Kini Pindah ke Norwegia


Kantor berita Reuters mengungkapkan bahwa para penyidik anti terorisme Prancis kini tengah memburu seorang tersangka pelaku penusukan tentara. Menurut keterangan saksi, pelaku dideskripsikan sebagai seorang pria berewok berusia sekitar 30 tahun dan kemungkinan asal Afrika Utara.


Dia langsung kabur ke kerumunan orang di stasiun kereta setelah menusuk dari belakang seorang prajurit Prancis pada Sabtu waktu setempat, 25 Mei 2013. Korban berusia 23 tahun dan menderita luka tusuk oleh pisau atau pemotong kartus.


Korban tidak menderita luka serius. Peristiwa itu terjadi tiga hari setelah seorang serdadu Inggris ditusuh hingga tewas di suatu jalanan ramai di London oleh dua pria sambil meneriakkan slogan-slogan agama tertentu.


Jurubicara serikat petugas polisi Prancis UNSA, Christophe Crepin, yakin ada kesamaan pola antara insiden di Paris dengan kasus di London. "Saya pikir pelaku ingin meniru apa yang terjadi di London," kata Crepin kepada stasiun televisi Itele, sambil mengulangi perkataan menteri pertahanan Prancis bahwa serangan itu terjadi karena korban memakai seragam.


Baik Presiden Francois Hollande maupun Mendagri Valls, memperingatkan publik agar tidak buru-buru ambil kesimpulan atas serangan di Paris itu. Namun, Valls sempat berkata bahwa Prancis tengah menghadapi ancaman dari kaum radikal dalam negeri, yang ingin menghukum negara itu karena mengirim tentara ke Mali untuk membantu pemerintah setempat memerangi pemberontak Muslim di sana.


Kata Valls, puluhan warga Prancis yang pulang setelah memerangi kelompok-kelompok jihadis di Suriah, Afganistan, maupun Afrika Tengah kini terpapar ancaman paling serius.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya