Dubes Swedia: Kami Tidak Gagal Jaga Perdamaian di Stockholm

Dubes Swedia, Ewa Polano, dan Dubes Komisi Eropa, Julian Wilson
Sumber :
  • VIVAnews/Renne Kawilarang
VIVAnews - Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Ewa Polano, mengatakan pemerintahnya tidak gagal dalam menjaga perdamaian di negara mereka kendati baru-baru ini ibukota Stockholm sempat dilanda kerusuhan besar. Menurut Polano, Swedia saat ini masih terus menjunjung perdamaian dan berusaha menjaganya, bahkan tahun depan merupakan perayaan 200 tahun keberhasilan pemerintah menjaga situasi damai tanpa peperangan. 
Game MMORPG Tarisland Siap Menggebrak, Ada Streamer Indonesia

Hal itu diungkapkan Polano saat ditemui wartawan sebelum memulai acara National Day Swedia di Hotel Shangri-La pada Selasa malam, 11 Juni 2013. 
1 Poin dari Markas Persib Cukup Membuat Bhayangkara FC Bersyukur

"Tragedi huru hara yang terjadi pada pertengahan Mei kemarin bukanlah seperti peristiwa kerusuhan yang terjadi di medan peperangan. Pemerintah kami tengah menangani hal itu. Namun itu semua membutuhkan waktu," ujar Polano yang ditemui dengan mengenakan baju tradisional Swedia. 
BUMI Resources Cetak Laba Bersih US$117,4 Juta di Tahun 2023

Dia mengatakan Swedia sejak dulu telah berkomitmen untuk selalu menjaga perdamaian di dalam negeri dan di seluruh dunia. Selain itu negara tersebut cukup bermurah hari karena kerap menerima begitu banyak pendatang dari berbagai negara dan warga negara asing yang ingin mencari suaka politik di negaranya.

"Masalah kerusuhan kemarin lebih kepada masalah integrasi. Dengan memberikan insentif kepada warga imigran supaya dapat hidup berdampingan dengan penuh harmoni di daerah pinggiran," kata Polano.

Komitmen untuk menjaga perdamaian diteken melalui perjanjian perdamaian oleh Swedia dan lebih mengedepankan dialog sebagai penyelesaian terhadap semua konflik. Ke depan pemerintah Swedia sangat berminat untuk menjajaki kerja sama di bidang penjagaan perdamaian dengan Indonesia. 

Dia juga memuji langkah pemerintah Indonesia yang telah membuka Pusat Perdamaian dan Keamanan Indonesia (PPP) terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2011 silam di Kawasan Sentul, Jawa Barat. Selain itu dia juga mengapresiasi kontribusi aktif pemerintah Indonesia dengan aktif mengirim tentara perdamaian sejak tahun 1950. 

Kerusuhan sempat terjadi di ibukota Stockholm, Swedia pada 19 Mei kemarin. Peristiwa itu dipicu oleh oleh tertembaknya seorang warga Husby berusia 69 tahun oleh polisi, karena membawa parang di tempat ramai. 

Lelaki yang merupakan imigran itu kemudian lari ke apartemennya.  Menurut polisi mereka sudah mencoba melakukan mediasi namun akhirnya berujung tewasnya lelaki itu akibat tertembak oleh polisi, yang mengklaim tindakan tersebut merupakan upaya bela diri. Setelah itu tragedi penembakan, massa kemudian bertindak anarkis dengan membakar mobil dan menyerang kantor-kantor polisi di 15 wilayah pinggiran Stockholm yang didominasi penduduk migran. 

Regu pemadam kebakaran mengaku menerima panggilan dari 90 lokasi berbeda dalam satu malam, sebagian besar dikarenakan aksi perusuh. Akibat aksi kerusuhan itu, memicu perdebatan di Swedia mengenai penyesuaian penduduk migran yang berjumlah 15 persen dari angka penduduk di negara tersebut. 

Banyak dari para imigran mengalami kesulitan belajar Bahasa Swedia dan memperoleh pekerjaan kendati pemerintah telah menyediakan berbagai program. Namun kerusuhan pada Mei kemarin bukan kali pertama menimpa Swedia. 

Di tahun 2010, lebih dari 100 pemuda melempari kantor polisi setempat dengan batu bata, serta menyerang dan membakarnya di pinggiran kota Rinkeby dalam aksi yang berlangsung selama dua hari. Sementara pada tahun 2008, ratusan anak muda menyerang polisi di kota Malmoe, sebelah selatan Swedia usai terjadi penutupan pusat budaya Islam yang di dalamnya ikut berdiri sebuah masjid. Di Swedia tercatat hampir 500 ribu penduduknya merupakan warga muslim. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya