Dubes Iran: Tidak Perlu Ada Quick Count Pemilu

Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mahmoud Farazandeh
Sumber :
  • VIVAnews / Renne Kawilarang
VIVAnews
Kasus DBD Naik, PPDI Minta Perempuan RI Ikut Donor Darah
- Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mahmoud Farazandeh, mengatakan negaranya tidak terbiasa dengan sistem hitung cepat atau
quick count
Mayat Bayi Ditemukan Terbungkus Kardus di Tanah Abang, Diduga Dibuang Sang Ayah.
saat menggelar pemilu. Lagipula praktik hitung cepat itu, yang bukan hasil resmi dari Komisi Pemilu, tidak membawa pengaruh besar dalam mengetahui siapa yang lebih unggul dalam waktu singkat.
Punya Banyak Proyek Properti di Bandung Raya, APLN Pede Kuasai Pasar Jawa Barat

Farazandeh menyampaikan pandangannya saat berbincang dengan VIVAnews di ruang kerjanya di Kedutaan Besar Iran di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat 14 Juni 2013. Pada hari itu, Kedubes Iran menjadi tempat pemungutan suara bagi para warganya di Jakarta yang mengikuti Pemilu Presiden untuk negara mereka.


Menurut Farazandeh, tidak perlu terburu-buru untuk mengetahui hasil pemilu Iran. Dia menyebut hasil hitung cepat bisa saja terdapat banyak kekeliruan.


"Kami tidak terbiasa dengan sistem hitung cepat. Jumlah suara yang diambil kan acak dan baru hasil sementara sehingga dapat saja berubah. Anda akan memilih seseorang untuk menjadi Presiden baru selama lima tahun ke depan. Apabila hasilnya baru dapat diketahui dua hari ke depan, jadi kenapa harus diburu-buru?" kata Farazandeh bertanya dengan nada heran.


Dia menyebut hasil hitung cepat malah akan menimbulkan spekulasi di kalangan warga Iran dan dapat memicu terjadinya tindak kerusuhan. Farazandeh menyebut sistem hitung cepat memang ada di negaranya, tetapi warga Iran lebih memilih menunggu hasil resmi yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilu.


"Dalam sistem pemilu di Iran cara yang biasa kami pakai adalah sistem yang sudah terorganisir sebelumnya. Warga memberikan suara, suara kemudian dihitung di hadapan tim pemantau dari tiap kandidat dan hasilnya dikirim ke kantor Komisi Pemilu. Setelah semua proses itu dilalui, baru hasil resmi diumumkan," kata Farazandeh.


Farazandeh mengatakan daripada memfokuskan pikiran karena penasaran siapa yang akan menjadi pemenang pemilu tahun ini, baik publik atau capres yang bertarung sebaiknya berkonsentrasi kepada tanggung jawab yang akan diembannya nanti apabila terpilih sebagai Presiden.


"Tidak begitu penting apabila Iran mengumumkan Presidennya saat ini atau nanti. Lebih penting untuk mempertanyakan kepada diri sendiri, mengapa saya bersedia menerima tanggung jawab ini dan berkomitmen untuk merealisasikan semua janji pada masa kampanye kemarin," kata dia.


Tampung Keluhan

Masih menurut Farazandeh, KPU Iran pun turut memfasilitasi untuk menerima keluhan dari kandidat yang merasa terdapat kecurangan selama proses pemilu berlangsung. Dia menyebut setiap kandidat Presiden Iran diwajibkan untuk menugaskan satu orang untuk ditempatkan di seluruh TPS di Iran.


Apabila terdapat keluhan misal seperti hasil penghitungan yang berbeda, maka mereka dapat melaporkan itu ke KPU.


"Nanti KPU akan mengirimkan tim khusus yang bertugas menghitung ulang suara sekaligus menginvestigasi mengapa bisa terjadi hal itu. Kemudian mereka akan melaporkan hasil itu dengan atau tanpa kehadiran perwakilan dari para kandidat," ujar Farazandeh.


Saat ditanyakan
VIVAnews
siapa kira-kira capres yang akan keluar sebagai pemenang, Farazandeh menyebut tidak dapat memprediksi.


"Semua calon yang maju dalam pemilu tahun ini adalah orang baru. Tidak seperti lima tahun sebelumnya di mana Presiden Ahmadinejad masih ikut pemilu. Sehingga saya juga sangat tertarik untuk mengetahui hasil resminya nanti," kata Farazandeh.


Dia berharap siapa pun yang akan terpilih sebagai Presiden Iran, maka orang itu haruslah individu terbaik yang dimiliki negaranya.


"Individu terbaik yang memiliki pengertian mendalam soal penegakkan prinsip dalam Revolusi Islam. Selain itu dia harus memahami kebutuhan negara Iran untuk melakukan hal yang lebih dengan kapasitas dan kemampuan negara Iran tentunya yang sesuai dengan nilai sejarah dan budaya kami," tutur Farazandeh. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya