Dubes Jepang: Negeri Kami Sangat Membutuhkan Perawat

Ilustrasi lansia.
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yoshinori Katori, mengatakan negaranya sangat membutuhkan sosok perawat, terutama untuk merawat kaum lansia. Oleh sebab itu, dia mengharapkan lebih banyak lagi perawat asal Indonesia yang mau bekerja di Jepang. 
MK Juga Surati KPU dan Bawaslu, Bakal Bacakan Dua Putusan

Hal itu diungkap Katori usai melepas 156 kandidat perawat asal Indonesia yang akan bertolak ke Jepang malam ini dalam rangka realisasi kerjasama ekonomi antara kedua negara atau EPA.
Kantongi Surat Tugas Maju Pilgub, Bobby Nasution: Tak Perlu Daftar Lagi ke Golkar Sumut


Bea Cukai dan Bareskrim Polri Jalin Sinergi Gagalkan Peredaran Narkotika di Tangerang dan Aceh
Katori ditemani Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Jumhur Hidayat, melepas kandidat perawat itu di kediaman Dubes Jepang di Kebayoran Baru, Selasa 25 Juni 2013. 

"Jepang memiliki komposisi penduduk piramida konstruktif, di mana jumlah kaum lansia lebih banyak dibandingkan kaum muda. Hal ini tentu berbeda dengan yang terjadi di Indonesia," ujar Katori di hadapan pewarta berita.

Melihat kenyataan itu, mau tidak mau memaksa Jepang untuk mempekerjakan banyak perawat dari negara luar termasuk Indonesia. Katori beralasan bukan kaum muda Jepang tidak ingin menjaga kaum lansia. 

Namun jumlah kaum muda dengan kaum lansianya tidak berimbang. Data yang dilansir Kementerian Komunikasi dan Dalam Negeri mencatat, jumlah kaum lansia Jepang pada Oktober 2012 mencapai seperempat dari total populasi 127,5 juta orang. 

Artinya ada lebih dari 30 juta orang Jepang yang kini berusia lebih dari 65 tahun. Sementara jumlah penduduk anak-anak yang berusia di bawah 14 tahun, berjumlah kurang dari 13 persen. Sehingga Katori beralasan kerjasama dalam kerangka EPA ini sangat menguntungkan bagi kedua negara. 

"TKI dapat membantu kami menjaga kaum lansia. Sementara kami menolong dengan memberikan lapangan pekerjaan kepada orang Indonesia. Inilah yang menjadi dasar terbentuknya kerjasama ini," kata Katori. 

Menurut Katori, warga Jepang mengakui keunggulan dan kualitas perawat asal Indonesia. Dia menyebut perawat Indonesia memiliki kemampuan, ramah, hangat dalam merawat pasien dan diterima oleh warga negeri Sakura. "Mereka sangat disukai di Jepang," kata Katori. 

Namun, Katori mengingatkan, kandidat perawat Indonesia harus meningkatkan kemampuan Bahasa Jepang mereka. Dia masih sering mendengar kesulitan yang dilontarkan TKI yang bekerja di Jepang karena faktor bahasa. 

"Komunikasi menjadi salah satu poin terpenting sebagai perawat di Jepang, karena mereka perlu memahami apa yang dibutuhkan oleh pasien dan kaum lansia kami," imbuh Katori. 

Katori menambahkan, faktor bahasa merupakan salah satu poin yang diujikan agar lulus dalam ujian sertifikasi perawat di negeri Sakura. Oleh sebab itu, dia akan berusaha membantu warga Indonesia sebaik mungkin untuk mempelajari bahasa. 

Katori juga mengatakan Jepang membutuhkan banyak tenaga dokter. Dia juga berharap dapat memperluas kerjasama dengan ikut mendatangkan dokter dari Indonesia. 

Namun, hal itu masih harus menunggu proses kesepakatan di antara pemerintah kedua negara.

Rahasia Umur Panjang

Disinggung soal banyaknya penduduk Jepang yang berusia di atas 65 tahun, Katori berbagi rahasianya. Menurut dia, penduduk Jepang berusia panjang, salah satunya karena faktor makanan. 

"Makanan Jepang kebanyakan tidak mengandung terlalu banyak kalori. Kami pun juga tidak terlalu banyak menggunakan minyak untuk mengolah makanan. Sehingga mungkin itu yang menyebabkan banyak orang Jepang berusia panjang," beber Katori berbagi rahasianya. 

Dia juga mengatakan di dalam menu masakan Jepang jarang terselip daging. Mereka lebih banyak menyajikan ikan sebagai santapan utama. 

"Tetapi tentu saja itu harus diimbangi dengan banyak berolah raga, tertawa dan merasa bahagia," ujar Katori. 

Katori mengatakan harapan hidup orang Jepang bagi wanita bisa mencapai usia 90an, sementara bagi pria menyentuh angka 80an.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya