Seorang Ibu Melahirkan di Lokasi Demontrasi di Kairo

Perempuan Mesir berdemonstrasi menentang Presiden Morsi di Kairo
Sumber :
  • REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
VIVAnews
Alasan Pemprov DKI Gelontorkan Rp 22,2 M untuk Perbaiki Rumah Dinas Gubernur
- Seorang perempuan di Mesir pada Minggu kemarin melahirkan bayi saat negaranya kembali berkecamuk dan dibelit unjuk rasa besar-besaran. Setelah bayinya lahir, sang ibu yang tidak diketahui namanya itu memberikan nama "Tamarod," yang dalam Bahasa Arab bermakna pemberontak.

Indonesia Penghasil Emisi Karbon Terbesar di Dunia, Tanam Lebih Banyak Mangrove Bisa Jadi Solusinya

Laman stasiun televisi
Ogah Pakai Pelampung, Bocah 6 Tahun di Cikarang Tewas Tenggelam di Kolam Renang
Al Arabiya mengungkapkan wanita hamil itu melahirkan di Plasa Tahrir, yaitu alun-alun Ibu Kota Kairo di mana sekitar sepuluh ribu demonstran berkumpul dan menuntut Presiden Mohammed Mursi mundur dari jabatannya. Proses persalinan dilakukan di sebuah RS darurat yang didirikan di Plasa Tahrir dengan bantuan seorang dokter bernama Ayman Zain.


Zain pun ikut mengkonfirmasi bahwa dia memang membantu seorang wanita pendukung oposisi melahirkan bayi perempuan bernama Tamarod Mohammed. Hal itu tertulis di situs resmi kelompok oposisi, Front Pembebasan Nasional (NSF).


"Tuhan memberkati bayi revolusi yang baru lahir, Tamarod," tulis admin situs kelompok oposisi.


Kelompok ini sudah sejak lama mengorganisir sebuah demonstrasi besar-besaran yang terjadi pada Minggu kemarin. Tujuan mereka hanya satu yaitu ingin menggulingkan rezim Presiden dari kalangan Islamis, Mursi.


Mereka juga menuntut untuk segera diadakan pemilihan umum. Kelompok oposisi menjelaskan hasil pemilu tahun 2012 silam tidak mewakili suara rakyat Mesir secara keseluruhan.


Mereka mengatakan demikian karena parlemen didominasi oleh orang-orang dari kalangan Islamis. Menurut data yang diperoleh Al Arabiya, dari 80 juta penduduk Mesir, sebanyak 25 juta pemilih potensial dilaporkan belum menggunakan hak suara mereka.


Oleh sebab itu Mursi tidak menang mutlak dengan meraih perolehan mayoritas suara. Pada pemilu tahun 2012, Mursi meraih 51 persen suara dan berhasil mengalahkan seterunya, mantan Perdana Menteri Ahmed Shafiq yang menyabet 49 persen suara.


Maka anggota kelompok oposisi ini kemudian ramai-ramai membuat sebuah petisi menuntut pengunduran diri Mursi yang diklaim sudah ditandatangani oleh 22 juta rakyat Mesir. Apabila jumlah itu benar, maka angka tersebut sembilan juta lebih banyak dibandingkan perolehan suara yang diraih Mursi dalam pemilu 2012 dengan pencapaian 12 juta suara.


Hasil petisi ini rencananya akan dikirimkan oleh kelompok oposisi ke Istana Kepresidenan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya