Korut Kecam Pernyataan Presiden Korsel Terkait Senjata Nuklir

Tentara Korea Utara pada peringatan hari lahir Kim Il-sung ke-101
Sumber :
  • Reuters/Kyodo
VIVAnews -
Viral Jambret Bawa Kabur Mobil Patroli Polisi di Jaksel, Begini Kronologinya
Pemerintah Korea Utara mengecam pernyataan Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye, saat bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping pada Kamis 27 Juni 2013 lalu. Saat itu Geun-hye mengatakan negaranya tidak setuju Korut menjadi negara pemilik senjata nuklir.

Ketua DPRD Kota Bogor Dorong Pemerintah Beri THR Lebaran bagi Warga Terdampak Bencana

Laman
Todung Mulya Lubis Ungkap Alasan Sri Mulyani Hingga Risma Dihadiri di Sidang MK
Press TV , Senin 1 Juli 2013 melansir Korut sangat geram mengetahui pernyataan Geun-hye tersebut. Melalui Komite Korea Utara untuk Reunifikasi Perdamaian Korea, mereka mengatakan pernyataan Geun-hye sangat provokatif.


"Park Geun-hye benar-benar telah melepaskan sebuah pernyataan yang bernada provokatif dan menyakiti martabat serta sistem sosial di Korut," ujar Komite tersebut.


Korut bahkan mengatakan tidak dapat mengampuni pernyataan provokatif tersebut. Korsel pun menyayangkan reaksi Korut itu.


Geun-hye memulai perjalanan luar negeri keduanya selama menjabat sebagai Presiden Negeri Ginseng. Setelah berkunjung ke AS, negara kedua yang dipilihnya ada China.


Pilihan Geun-hye ini dapat dipahami mengingat China merupakan mitra dagang terbesar Korea Selatan. Maka tak heran apabila dalam kunjungan empat harinya tersebut, Geun-hye ikut didampingi delegasi pemimpin perusahaan dalam jumlah besar.


Saat bertemu Xi Jinping pada Kamis pekan lalu, baik China dan Korsel sepakat untuk mendorong proses denuklirisasi Korut. Hal ini dilakukan untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas di mana kedua negara memiliki kepentingan yang sama.


Mereka juga sepakat untuk melakukan kerjasama untuk mengakhiri ketegangan di kawasan Semenanjung Korea. Selain itu kedua pihak juga sepakat untuk dilakukan upaya aktif untuk menciptakan keadaan positif demi terciptanya dialog enam pihak atau lazim disebut "Six Party Talk".


Dalam dialog tersebut melibatkan enam negara yaitu Korut, China, Jepang, Rusia, Korsel, dan Amerika Serikat. Sebelumnya Korut pernah mundur dari pembicaraan enam pihak itu di tahun 2009 silam sebagai bentuk kemarahan terhadap sanksi baru yang dijatuhkan PBB.


"Kami berharap semua pihak dapat menggunakan kesempatan ini dan bekerja sama untuk menghidupkan kembali dialog enam pihak dalam waktu dekat," ujar Xi Jinping saat bertemu dengan Geun-hye.


Pekan lalu Korut berjanji untuk memperkuat penangkal nuklirnya dalam menghadapi ancaman perang AS dan kebijakan konfrontasi Korsel. Pada hari Minggu kemarin, harian yang dikelola oleh partai berkuasa di Korut,
Rodong Sinmun
, menurunkan sebuah tulisan yang menyebut AS lah yang sebenarnya menjadi penyebab utama ketegangan di Semanjung Korea.


"Itu dilakukan secara terencana dan disengaja," tulis
Rodong Sinmun
. (adi)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya