26-7-1956: Mesir Nasionalisasi Terusan Suez

Kapal Mesir Memblokade Terusan Suez.
Sumber :
  • usinfo.state.gov
VIVAnews
Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial
- Pada 57 tahun yang lalu, Mesir secara sepihak menduduki Terusan Suez. Langkah ini akhirnya memicu invasi militer dari Israel, Inggris, dan Perancis. Krisis berakhir setelah muncul perintah penarikan mundur oleh PBB dengan dukungan AS.

Usulan Kejaksaan Izinkan Lima Smelter Perusahaan Timah Tetap Beroperasi Disorot

Menurut stasiun berita
Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024
BBC , perintah pendudukan Terusan Suez dikeluarkan oleh presiden Mesir saat itu, Kolonel Gamal Abdel Nasser. Dia menyebutnya sebagai nasionalisasi, mengingat perairan yang menghubungkan Laut Mediterania dan Laut Merah berada di wilayah Mesir, walaupun dimiliki secara patungan oleh Inggris dan Prancis.


Bagi Nasser, nasionalisasi Terusan Suez itu perlu untuk mendukung pendanaan proyek Bendungan Aswan. Kapal-kapal dagang dan komersil yang melintas di perairan itu harus membayar ke pemerintah Mesir.


Langkah ini mengejutkan pemerintah Inggris dan Perancis sebagai pemegang saham Suez Canal Company, yang mengelola perairan buatan itu. Dibangun selama 1859-1869, Terusan Suez memang berada di wilayah Mesir. Namun pada 1869 muncul kesepakatan bahwa pengelolaannya diserahkan kepada perusahaan Suez Canal Company, yang sahamnya dimiliki Inggris dan Perancis. Hak sewa atas terusan itu berlangsung selama 99 tahun.


Namun, Mesir merasa diperlakukan tidak adil. Nasser beralasan bahwa pembangunan terusan ini telah merenggut nyawa 120.000 warga Mesir. Namun, bangsa mereka hanya mendapat porsi yang sangat kecil dari pendapatan perusahaan yang hingga sebesar 35 juta poundsterling per tahun.


Selain menasionalisasi Terusan Suez, Mesir pun memblokade Selat Tiran. Itu merupakan perairan strategis bagi Israel untuk mencapai Laut Merah.


Itulah sebabnya langkah Nasser itu membuat Israel menyerbu Mesir dari Semenanjung Sinai pada 29 Oktober 1956. Dua hari kemudian, Inggris dan Perancis mengerahkan pasukan untuk merebut Terusan Suez setelah Nasser menolak tawaran untuk membentuk zona penyangga antara Israel dan Mesir.


Di tengah suasana Perang Dingin, Uni Soviet pun mendukung Mesir. Bahkan, Soviet mengancam akan turut mengerahkan militernya ke Suez.


Ancaman dari seterunya itu membuat AS bersama PBB melobi Inggris, Perancis, dan Israel untuk mengadakan gencatan senjata dengan Mesir. Pada November 1956, mereka akhirnya menarik mundur pasukan dari Mesir.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya