PBB: Rencana Serangan AS ke Suriah Akan Berdampak Buruk

Sumber :
  • ANTARA/Widodo S. Jusuf
VIVAnews -
Syamsuddin Haris Heran Albertina Ho Dilaporkan ke Dewas, Sindir Dugaan Etik Nurul Ghufron
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ban Ki-moon, Selasa kemarin, 3 September 2013 mengatakan ragu terhadap keabsahan rencana Pemerintah Amerika Serikat yang ingin menyerang Suriah tanpa adanya dukungan Badan PBB.

Bawaslu Ultimatum Jajaran Tak Main Mata Dalam Proses Rekrutmen Panwascam Pilkada 2024

Menurut Ban, rencana serangan AS malah akan dapat berdampak pada kekacauan yang lebih besar bagi konflik di sana.
Merinding, Isi Pesan Terakhir Raja Aibon ke Pasukan Tengkorak Sebelum Tinggalkan Kostrad TNI


Kantor berita Reuters
, Rabu 4 September 2013 melansir pernyataan Ban usai mendengar Presiden Barack Obama memperoleh dukungan dari dua politisi senior Partai Republik. Ban meragukan apakah serangan itu dilakukan untuk kepentingan rakyat Suriah.


"Penggunaan aksi kekerasan sah secara hukum apabila digunakan untuk mempertahankan diri. Pernyataan itu tertera di dalam ayat 51 Piagam PBB. Baru kemudian Dewan Keamanan PBB menyetujui aksi semacam itu," kata Ban.


Ban tidak ingin peristiwa yang terjadi dalam Perang Kosovo di tahun 1999 silam kembali berulang. Saat itu AS menelikung PBB dengan hanya mengandalkan legalitas dari NATO untuk melakukan serangan bom.


Dia juga meragukan apakah aksi kekerasan yang ditujukan kepada Suriah atau negara lain yang memiliki senjata kimia, lebih banyak membawa keburukan daripada manfaat di masa mendatang.


"Saya mencatat tiap argumen yang dipilih untuk meluncurkan serangan demi mencegah penggunaan senjata kimia di masa mendatang. Tapi di saat bersamaan, kami harus memikirkan imbas dari aksi tersebut untuk mencegah terjadinya pertumpahan darah," kata Ban.


Ban menambahkan, lebih baik mencari cara untuk memfasilitasi sebuah resolusi politik penyelesaian konflik.


"Kerusuhan di Suriah dan di seluruh daerah tidak akan memberikan manfaat bagi siapa pun. Oleh sebab itu saya mendorong perbaruan upaya oleh para aktor regional dan internasional untuk menggelar pertemuan Jenewa secepatnya," kata Ban.


Sebelumnya, Rusia dan AS pada bulan Mei kemarin mengumumkan akan menghelat sebuah konferensi damai internasional soal Suriah untuk menghidupkan kembali kesepakatan pada bulan Juni 2012 kemarin di Jenewa. Salah satu tujuannya untuk mengakhiri kekerasan di Suriah saat terjadi transisi politik.


Namun sayang, baik pihak pemerintah maupun kelompok pejuang Suriah menolak bernegosiasi dan kemungkinan digelar sebuah konferensi baru hanya akan menjadi angan-angan semata.


Ban meminta semua aksi terhadap Suriah menunggu hasil analisa inspeksi senjata kimia dari PBB. Proses analisa, kata Ban, paling lambat membutuhkan waktu dua minggu.


Namun mereka hanya akan menentukan apakah senjata kimia digunakan dan bukan memfokuskan perhatian pada siapa yang menggunakan peralatan itu.


"Apabila memang terbukti, senjata kimia digunakan oleh siapa pun dan dalam situasi apa pun, maka ini akan menjadi satu bentuk pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan termasuk dalam kejahatan perang," ujar Ban.


Dia pun mendorong agar pelakunya diadili dan tidak diampuni. Namun dia menekankan pentingnya peran Dewan Keamanan PBB untuk mencari jalan tengah bagi dua pihak yang berseberangan di Suriah dan bertindak.


"Dewan Keamanan PBB memiliki kewajiban untuk bergerak dari kebuntuan situasi saat ini dan menunjukkan kepemimpinan," ujar Ban. (eh)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya