Dokter Bedah Jadi Korban Perang Suriah

Lokasi tempat terjadinya serangan rudal di Raqqa, Syria
Sumber :
  • dailymail.co.uk
VIVAnews - Tidak hanya warga sipil yang menjadi korban perang saudara di Suriah. Tim medis yang bekerja untuk menolong korban akibat peperangan itu pun tak luput menjadi sasaran. 
Pengakuan Erick Thohir dan PSSI soal Kinerja Shin Tae-yong

Salah satu dokter bedah bernama Muhammad Abyad dilaporkan turut meregang nyawa ketika bekerja di organisasi medis internasional Dokter Lintas Batas (MSF). Informasi ini diperoleh VIVAnews dari keterangan pers dari organisasi tersebut pada Jumat, 6 September 2013. 
Medco Energi Resmi Divestasi Seluruh Sahamnya di Ophir Vietnam Block 12W B.V

Jenazah Abyad ditemukan oleh tim MSF di Provinsi Aleppo pada 3 September lalu. Namun, hingga kini MSF masih belum mengetahui penyebab kematian dokter bedah yang baru berusia 28 tahun itu. 
Polres Malang Bongkar Home Industry Sabu di Jatim

Menurut MSF, Abyad mulai bergabung dan bekerja di salah satu rumah sakit yang dibangun di Suriah sejak November 2012. Pria yang merupakan warga negara Suriah itu ikut bekerja keras dan turun langsung mengobati warga sipil yang terkena dampak konflik. 

MSF mengecam keras salah satu anggota timnya ikut tewas dalam peperangan di Suriah. Padahal, dia bekerja tanpa kenal lelah untuk meringankan situasi kemanusiaan di kawasan negaranya sendiri. 

"Kematiannya merupakan kehilangan yang mendalam bagi keluarga, pasien yang pernah dirawatnya dan organisasi MSF," ujar Direktur Umum MSF, Joan Tubau. 

MSF pun meminta kepada pemerintah untuk menjalankan kewajiban mereka terhadap pekerja kemanusiaan yang bekerja di Suriah. MSF mengaku prihatin serangan-serangan seperti itu dapat memengaruhi kemampuan organisasi untuk menyediakan bantuan medis. 

Organisasi MSF menjalankan enam RS dan empat pusat kesehatan di utara Suriah. Selama Juni 2012 hingga Juli 2013, tim MSF di Suriah menjalankan lebih dari 66 ribu konsultasi medis dan 3.400 prosedur bedah serta membantu 1.400 persalinan. 

Menurut laman Al Arabiya, organisasi ini merupakan pihak pertama yang mengonfirmasi penyebab kematian di daerah Ghouta pada 21 Agustus lalu akibat serangan senjata kimia. Saat itu, mereka mengatakan sekitar 300 orang telah terbunuh dalam serangan di daerah yang dikuasai oleh rezim oposisi tersebut. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya