Ingin Perbaiki Hutan Papua, Pria Ini Rela Berguru ke AS

Reinardus Liborius, Warga Papua Peraih Beasiswa Prestasi USAID
Sumber :
  • VIVAnews/Santi Dewi
VIVAnews --Kondisi hutan Papua yang kian memprihatinkan akhir-akhir ini, membuat seorang putra daerah bernama Reinardus Liborius rela mengejar ilmu hingga ke Amerika Serikat.
RS Polri: Seluruh Jasad Korban Kebakaran Toko Frame Mampang Sudah Teridentifikasi

Pengajar di Universitas Negeri Papua (Unipa) ini merasa, bahwa kondisi hutan mengalami degradasi akibat tingginya aksi pembalakkan liar. 
PSSI Buka Suara soal Dugaan Pengaturan Skor Bhayangkara FC Vs Persik

Hal itu membuatnya bertekad, kelak saat dirinya kembali ke Tanah Papua dari Negeri Paman Sam, sebuah terobosan di bidang kehutanan ingin diciptakannya. Demikian janji yang terlontar dari mulut Reinardus saat ditemui VIVAnews di Gedung Kedutaan Besar AS di Jakarta Pusat, Rabu, 6 November 2013. 
Polisi Periksa 21 Saksi Terkait Kasus TPPU yang Jerat Ahli Nuklir UGM

Reinardus adalah satu dari 31 penerima beasiswa bergengsi prestasi dari Badan Pemberi Bantuan AS untuk Indonesia, USAID. Dia mengakui, menjejakkan kaki ke Negeri Abang Sam sudah menjadi cita-citanya sejak kecil. 

"Di mata saya, AS merupakan negara yang sangat menarik. Sistem pendidikan yang ada di sana berbeda dengan cara pengajaran di negara lainnya," ungkap Reinardus. 

Saking penasaran ingin belajar di sana, Reinardus sampai membatalkan beasiswa yang diperolehnya dari Pemerintah Jepang. "Karena saya masih penasaran dan ingin memperoleh beasiswa dari Pemerintah AS", ujarnya. 

Cita-cita itu kemudian terkabul di tahun ini dan dia akan mulai berangkat di 2014 mendatang.

Alumni Fakultas Kehutanan Unipa itu, memiliki empat pilihan universitas yang dapat dijadikan tempatnya menimba ilmu program Pasca Sarjana, yaitu Universitas Negeri Oregon, Institut Politeknik dan Universitas Negeri Virginia, Universitas Negeri North Caroline, dan Universitas Negeri Winsconsin. 

Keempat universitas itu dipilih Reinardus, karena diketahui memiliki program kehutanan yang mumpuni. "Tapi nanti, dari keempat universitas itu akan dipertimbangkan oleh penyelenggara," kata dia. 

Ditanya soal permasalahan krusial lainnya yang dialami hutan Papua, menurut dia, penerapan teknologi kehutanan di sana masih minim. Sebab itu, pria yang menetap di Manokwari ini lantas ingin dapat berkontribusi untuk membuat sebuah teknologi yang mampu memanfaatkan hutan secara optimal. 

"Jadi, usai belajar dari AS, saya berharap dapat memanfaatkan hutan secara lebih efisien," jelasnya. 

Permasalahan kedua, lanjut Reinardus, dia ingin memfokuskan agar potensi hutan turut dirasakan oleh warga sekitar. 

"Selama ini, kenyataan menunjukkan ada kesan masyarakat lokal malah kian tergusur, usai hutan Papua rusak. Padahal, keberadaan hutan di tengah-tengah masyarakat bisa memberikan kontribusi kepada mereka," ujarnya. 

Reinardus mengaku bahwa jumlah penerima beasiswa ini yang berasal dari Papua masih dapat dihitung dengan jari, yaitu empat atau lima orang. Hal itu lantaran, akses pendidikan di sana belum merata. 

"Pendidikan masih dianggap prioritas oleh masyarakat yang tinggal di kota. Bagi warga di daerah pedesaan, belum dirasa menjadi kebutuhan utama. Mereka masih berburu di hutan dan mengandalkan sumber makanan dari sana," tuturnya. 

Kendati demikian, Reinardus mengatakan niat warga pedesaan untuk belajar tetap besar. 

Dia berharap, usai kembali dari AS di 2016 mendatang, dirinya dapat membuat berbagai terobosan dan solusi untuk pengelolaan hutan Papua yang lebih efektif.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya