LSM Filipina: Jangan Sebut Pengungsi sebagai Penjarah

Kota Tacloban di Filipina hancur dihantam topan.
Sumber :
  • REUTERS/Erik De Castro

VIVAnews - Sebuah Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) bernama Jaringan Pengurangan Risiko Bencana Filipina (DRRNet) pada Kamis lalu meminta publik untuk berhenti melabeli pengungsi sebagai pelaku tindak kriminal. Menurut mereka, aksi para pengungsi menjarah mal dilakukan bukan untuk berbuat kriminal. 

Sedang Ramai, Ini 5 Cara Mencegah Penyebaran Nyamuk DBD yang Mengancam Jiwa

Harian Inquirer, Jumat, 15 November 2013 melansir pernyataan perwakilan DRRNet yang menyebut para pengungsi mengambil barang-barang dari mal demi bertahan hidup. 

"Kami tak memaafkan mereka yang mengambil properti orang lain. Tapi, mari kita pahami dulu situasi para pengungsi. Kami semua tidak tahu situasi macam apa yang mereka hadapi. Mereka semua kelaparan dan putus asa, sehingga para pengungsi dapat melakukan apa saja yang biasanya tidak mereka lakukan," ujar perwakilan DRRNet, Zenaida Delica Willison, dalam jumpa wartawan kemarin. 

HM Sampoerna Putuskan Tebar Dividen Rp 8,06 Triliun, Catat Jadwalnya

Namun, LSM itu melaporkan, selama beberapa provinsi di daerah Visayas hancur akibat amukan Topan Haiyan, memang banyak warga yang memang mengambil makanan, pakaian, dan peralatan masak dari UKM. Jadi, menurut mereka, itu bukan menjarah. 

"Apa yang selama ini dilaporkaan di daerah darurat bencana bukanlah penjarahan besar-besaran. Tapi aksi untuk bertahan hidup dan pemulihan," ujar Willison. 

Irish Bella Dijodohkan dengan King Nassar, Netizen: Janda Ketemu Duda Semoga Berjodoh

Mereka membela diri dengan mengatakan dalam situasi darurat bencana, benda-benda yang diambil merupakan benda penting untuk bertahan hidup. 

"Bahkan sebuah lemari pendingin memiliki fungsi penting untuk menyimpan makanan ketika para pengungsi kehilangan rumah," kata Willison.

Dia menambahkan, ketimbang dilihat sebagai pelaku tindak kriminal, seharusnya para pengungsi dianggap sebagai sumber daya dan siap mengambil inisiatif untuk bertahan hidup sambil menunggu bantuan. Tragedi semacam itu, menurut Willison, malah membuktikan hanya orang-orang terbaik yang mampu sanggup bertahan. 

"Para pengungsi, termasuk mereka yang miskin, tidak bodoh atau konyol. Mereka orang pintar dan bermanfaat, bahkan di saat tersulit sekali pun," imbuhnya. 

Willison mengatakan, ketimbang melakukan pendekatan kepada para pengungsi dengan mengerahkan tentara militer dan polisi, jauh lebih efektif bila pemerintah memberikan bantuan kemanusiaan yang selama ini mereka butuhkan.

Sebab, para pengungsi yang sudah kadung memiliki sikap anti sosial selama bencana terjadi, jika diperlakukan anarkis, semakin memiliki alasan kuat untuk menjarah benda orang lain. 

"Bahkan, cara pendekatan militer terhadap risiko pengurangan dan pengelolaan bencana malah akan merusak pekerjaan yang selama ini telah dilakukan oleh komunitas, LSM, dan sektor masyarakat sipil Filipina lainnya," kata dia. 

Beberapa kota di Filipina, khususnya Tacloban dihantui aksi penjarahan usai diamuk Topan Haiyan. Kantor berita Reuters, 11 November lalu menulis aksi penjarahan terjadi di beberapa toko.

Menurut sebuah stasiun televisi lokal sebuah mesin ATM bahkan turut menjadi target penjarahan. Hal itu terbukti dengan ditemukannya sebuah mesin ATM yang kosong. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya