PM Thailand Tolak Ultimatum Mundur

pictures of the year (famous)
Sumber :
  • REUTERS/Damir Sagolj
VIVAnews -
Motor Juara Dunia MotoGP Casey Stoner Dilelang, Harga Awal Rp8,2 Miliar
Perdana Menteri (PM) Thailand Yingluck Shinawatra menolak ultimatum mundur yang dialamatkan kepadanya. Di sisi lain, Yingluck menegaskan akan melakukan apa pun untuk mengembalikan kedamaian di negara yang dia pimpin.

One Way Tol Kalikangung-Cipali Siang Ini Ditunda, Polri Ungkap Alasannya

Pernyataan itu disampaikan Yingluck dalam sebuah pidato berdurasi 12 menit pada Senin, 2 Desember 2013 dan disiarkan secara langsung di televisi. Harian
Juergen Klopp Terkejut Liverpool Digasak Atalanta 0-3 di Anfield
Bangkok Post melansir, Yingluck menyampaikan pidatonya dari Markas Polisi Kerajaan Thailand.

Dia menanggapi gelombang pendemo yang memintanya turun dari kursi perdana menteri. Di bawah pimpinan Suthep Thaugsuban, pendemo sudah beraksi selama 9 hari. Suthep adalah mantan anggota parlemen dari Partai Demokrat. Dia mundur sebagai legislator pada 11 November lalu. Minggu malam, Suthep memberi ultimatum, Yingluck mundur dalam dua hari.


"Apa pun yang dapat saya lakukan demi membuat rakyat bahagia, akan saya lakukan. Namun, sebagai Perdana Menteri, apa saya lakukan harus sesuai dengan konstitusi yang berlaku di negara ini," ujar Yingluck.


Menurut dia, kubu Pemerintah sangat ingin berdialog. Tetapi, hingga saat ini, Yingluck belum melihat titik terang penyelesaian konflik politik tersebut. "Saya tidak tahu bagaimana cara merealisasikan permintaan Tuan Suthep. Kami tidak tahu cara membuatnya menjadi kenyataan. Saat ini, kami tidak melihat satu pun cara untuk menuntaskan permasalahan ini di bawah konstitusi,"imbuh Yingluck.


Dirinya, lanjut Yingluck, tidak ingin mengulangi kembali sejarah kelam yang pernah menimpa Thailand tahun 2008 dan 2010 silam. Saat itu, rakyat menderita dan korban jiwa banyak berjatuhan.


Kantor berita
BBC
melansir, 90 orang tewas akibat tindakan represif tentara militer dalam unjuk rasa besar-besaran tahun 2010. Namun, Yingluck tidak menutup kemungkinan dia bersedia mengundurkan diri dari kursi PM Thailand.


"Apabila pengunduran diri saya dapat membuat mereka mengakhiri unjuk rasa ini, saya bersedia melakukan hal itu," kata Yingluck.


Dalam kesempatan itu, Yingluck juga menyebut bahwa posisi tentara militer berada di posisi netral. Mereka ingin melihat perdamaian di Thailand, sehingga tidak ingin ikut terlibat.


Pemimpin Partai Pheu Thai itu meminta semua pihak agar mencari jalan untuk mengakhiri krisis yang tengah berlangsung. Pemerintahan, ujar Yingluck, tidak akan dapat berjalan dengan baik jika terus digempur dengan aksi unjuk rasa.


Di hari kesembilan, massa anti pemerintah berunjuk rasa. Mereka memusatkan aksinya di sekitar kantor PM, parlemen, dan biro polisi metropolitan. Akibat aksi bentrokan yang terjadi sejak Sabtu kemarin, empat orang pengunjuk rasa tewas.


Dalam aksi yang digelar hari Senin ini, menurut laporan
BBC,
kelakuan demonstran terlihat lebih ganas dibandingkan sebelumnya. Hal itu terlihat dari sekelompok anak muda yang terus berusaha untuk memprovokasi polisi huru-hara dan menghancurkan sebuah mobil polisi.


Para pengunjuk rasa lantas mengambil alih sebuah mobil truk sampah dan sebuah truk polisi. Kemudian menggunakan alat transportasi itu untuk menembus barikade yang dibuat polisi.


Demi meredam aksi massa, Kepala Dewan Keamanan Nasional Thailand, Paradorn Pattanathabutr, mengatakan kepada
Reuters
, polisi menggunakan berbagai cara, seperti: menembakkan meriam air, gas air mata, dan peluru karet ke arah demonstran. (adi)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya