Tokoh Jahat Film Harry Potter Disebut Dalam Konflik China-Jepang

Film Harry Potter
Sumber :
  • facebook
VIVAnews - Dalam kasus ketegangan hubungan diplomatik antara RRC dengan Jepang, tiba-tiba muncul tokoh fiksi jahat dalam film serial Harry Potter. Tokoh tersebut, kali pertama disebut Duta Besar RRC untuk Inggris, Liu Xiaoming, ketika menulis surat di harian Telegraph tanggal 1 Januari 2014. 
Proyek Ini jadi 'Game Changer'

Dalam suratnya, Liu menyebut Kuil Yasukuni sebagai simbol penguasaan militer Jepang. Stasiun berita Channel News Asia akhir pekan lalu menyebut pernyataan Liu yang menyamakan militarisme seperti Voldemort Jepang, maka Kuil Yasukuni merupakan hocrux, yang menjadi wadah untuk menyimpan sebagian jiwa karakter jahat tersebut agar tetap hidup abadi.
Prediksi Pertandingan Liga 1: Persib Bandung vs Borneo FC

Tak mau kalah, Dubes Jepang untuk Inggris, Keiichi Hayashi lantas menulis pernyataan balasan. Dia menulis di kolom opini untuk harian Inggris, Daily Telegraph dan menyebut justru Negeri Tirai Bambulah yang dianggap sebagai Lord Voldemort sesungguhnya. 
Sosok Abu Shujaa, Komandan Perang Al Quds yang 'Bangkit' dari Kematian

Hayashi menganggap bahwa kritik yang dialamatkan Liu terhadap Perdana Menteri Shinzo Abe yang mengunjungi Kuil Yasukuni terlalu berlebihan. Dia kemudian menyarankan dua langkah terbuka bagi RRC. 

"Langkah pertama, membuka jalur dialog dan mematuhi aturan hukum. Sedangkan langkah lainnya yaitu memainkan peran sebagai Voldemort di kawasan Asia Timur dengan membiarkan setan dalam pertarungan senjata dan peningkatan ketegangan," tulisnya. 

Jepang, kata Hayashi, tidak akan meningkatkan ketegangan. Jawaban dari pertanyaan dia pun, menurutnya, sudah jelas yaitu dengan berdialog. 

"Namun, sejauh ini China masih menolak untuk membuka dialog di antara para pemimpin kami. Sebab itu, saya secara tulus berharap jalur dialog segera terealisasi. Itu jauh lebih baik, daripada tetap memohon hantu militer yang bergentayangan tujuh dekade lalu," ujarnya. 

Dalam tulisan itu, Hayashi turut merespon tulisan Liu dengan menyebut tujuan Abe berkunjung ke kuil itu hanya sebatas menghormati para pejuang militer Jepang yang tewas. Dia juga bersikeras menyebut kunjungan itu tidak memiliki makna sebagai bentuk penghormatan terhadap kriminil perang atau memuja aksi militer. 

"Sangat ironis sekali, suatu negara telah meningkatkan anggaran militernya lebih dari 10 persen per tahun selama 20 tahun terakhir, tetapi menyebut negara tetangganya sebagai 'militaris;," tulis Hayashi. 

Jelas langkah tersebut merupakan langkah China untuk mengubah status quo dengan paksaan. Akibatnya, keprihatinan tidak hanya disuarakan di Jepang saja tapi juga negara-negara tetangga di luar Laut Timur dan Selatan China. 

Hubungan kedua negara tetangga itu mulai memanas kembali ketika Tokyo berupaya menasionalisasi sebuah kawasan di LCS pada 2012 lalu. Hal itu, lantas memicu terjadinya pamer ketegangan dan kekuatan militer. (umi)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya