- REUTERS/Philippe Wojazer
VIVAnews - Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, pada Jumat, 17 Januari 2014, berjanji tidak akan lagi menyadap komunikasi para pemimpin negara sahabat dan sekutunya. Apabila dia ingin mengetahui mengenai satu isu tertentu, Obama mengatakan akan menelepon mereka ketimbang menyadap.
Menurut Dailymail, 19 Januari 2014, janji itu diungkapkan Obama ketika berpidato mengenai reformasi program penyadapan yang dilakukan oleh Badan Intelijen AS (NSA) di Departemen Kehakiman. Obama mengatakan, NSA tidak akan lagi memegang data rekaman pembicaraan telepon seperti sebelumnya.
Presiden ke-45 AS itu membiarkan Jaksa Publik, Kongres dan Pengadilan Pemantauan Intelijen Asing yang akan menentukan siapa yang akan memegang rekaman pembicaraan telepon tersebut.
"Para pemimpin negara yang menjadi sahabat dan sekutu kami berhak tahu. Apabila saya ingin mengetahui apa yang mereka pikirkan soal satu isu tertentu, maka saya akan mengangkat telepon dan menghubungi mereka," tegas Obama.
Namun, bukan berarti aksi penyadapan itu berhenti sepenuhnya. Aksi pengumpulan rekaman pembicaraan melalui telepon akan tetap dilakukan oleh NSA. Walau demikian, Obama memberlakukan aturan ketat apabila komunitas intelijen AS itu ingin menggunakan data tersebut.
"Badan Intelijen AS hanya akan menggunakan data tersebut apabila memenuhi syarat keamanan yang spesifik. Hal ini termasuk sebagai langkah kontra intelijen, penangkalan teror, keamanan siber, memberikan perlindungan terhadap tentara AS, serta melawan kejahatan trans nasional, termasuk penghapusan sanksi," jelas Obama.
Dia memastikan, kalau pun ada individu yang disadap oleh AS, maka orang tersebut benar-benar dianggap memiliki ancaman bagi keamanan nasional Negeri Paman Sam.
"Warga di seluruh dunia, terlepas apa pun kewarganegaraan mereka, harus tahu bahwa AS tidak akan memata-matai warga sipil yang tidak berpotensi membahayakan keamanan AS. Hal ini turut berlaku bagi para pemimpin negara asing. Kami pastikan, bahwa privasi mereka dilindungi hukum," imbuh Obama.
Jawaban Obama ini sekaligus menjawab tuntutan Kanselir Jerman, Angela Merkel, yang sebelumnya berang pada Obama lantaran diberitakan telah menjadi korban aksi penyadapan NSA. (ren)