Indonesia Incar Proyek Infrastruktur di Palestina

Pembangunan pemukiman Yahudi Gilo di Yerusalem.
Sumber :
  • REUTERS/Baz Ratner
VIVAnews -
KPU Tolak Tanggapi Tudingan Nepotisme Jokowi ke Prabowo-Gibran
Indonesia tengah mengincar proyek infrastruktur Palestina yang pembiayaannya akan digarap IDP (Islamic Development Bank). Ketua Kamar Dagang Indonesia Komite Timur Tengah Mohamad Bawazeer melihat ini sebagai kesempatan meningkatkan hubungan kerja sama dengan Palestina yang masih tergolong kecil.

Jelang Hari Raya Idul Fitri, Persediaan BBM di Bali Masih Aman

"Hubungan dagang kita dengan Palestina kecil sekali, masih di bawah US$100 juta. Dalam perdagangan tradisional ita menjual berbagai produk ke Palestina. Tapi yang lebih penting tidak hanya itu, saya cenderung mengambil kesempatan di sektor infrastruktur," kata Bawazeer saat dihubungi VIVAnews, Sabtu 22 Februari 2014.
Tebar Berkah Ramadan 1445 H, Mandiri Group Santuni 57.000 Anak Yatim dan Duafa


IDP sebagai motor pembangunan infrastruktur di Palestina sebelumnya telah melakukan pembiayaan rumah sakit dan berbagai sarana lainnya di Ramallah dan beberapa tempat lainnya di negara itu. IDP, kata Bawazeer, ingin kembali jadi inisiator pembangunan dan menggandeng Indonesia untuk pembangunan infrastruktur di Palestina.


Kerja sama infrastruktur ini akan kembali dibahas dalam forum yang akan digelar awal Maret mendatang. Bawazeer mengatakan, infrastruktur jadi satu dari empat sektor pembahasan di CEAPAD nanti, selain teknologi informasi, pariwisata, dan agrikultur.


"IDB meminta kita dari Kadin Timur Tengah sebagai pendorong dalam rangka menghimpun pengusaha sektor IT, infrastruktur dan konstruksi untuk rencana perwujudan pembangunan kembali Palestina. Jangan sampai ini diambil negara lain," jelas Bawazeer.


Bawazeer berharap, nantinya perusahaan Indonesia yang membangun Palestina tidak hanya perusahaan pemerintah saja. Itulah sebabnya kini dia tengah mencari di asosiasi kontraktor Indonesia, agar semua perusahaan konstruksi punya kesempatan yang sama, namun tetap di bawah entitas Indonesia.


"Di antaranya yang akan dibangun adalah rumah sakit, pertokoan, gedung pemerintahan dan fasilitas prasarana lainnya," kata Bawazeer.


Soal kecilnya nilai kerja sama dengan Palestina, Bawazeer mengatakan salah satu penyebabnya adalah perbankan tanah air yang enggan membantu. Padahal kata dia, Malaysia dan Thailand sudah lebih dulu masuk ke pasar Palestina.


"Contohnya di Irak. Saat ini TV sudah masuk di sana. Ketika perusahaan kita mau masuk, bank kita enggan dengan berbagai alasan. Salah alasan mereka adanya restriksi PBB, padahal itu sudah dihapuskan. Perbankan tidak bisa melihat kesempatan nasional," kata Bawazeer.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya