Mesin Tik dan Wartel Masih Ramai Digunakan di Myanmar

Toko reparasi mesin tik di New York AS
Sumber :
  • Reuters/Shannon Stapleton
VIVAnews -
Thailand Prime Minister Welcomes Albino Buffalo to Government House
Junta militer dan isolasi dunia terhadap Myanmar telah berakhir sejak 2010 lalu. Namun, Myanmar seperti belum banyak tersentuh modernisasi. Perangkat klasik macam mesin tik dan telegram masih ramai digunakan. Bahkan, warung telekomunikasi alias wartel masih bertebaran di Yangon, kota terbesar negara itu.

Peluang Liverpool Gaet Xabi Alonso Mengecil

Diberitakan
Netizen Murka Disebut Suara Paslon 02 Nol: Mungkin Aku yang Dimaksud Angin Tak ber-KTP
Daily Mail pekan ini, salah satu Wartel dijaga oleh Thin Thin Nu. Wartel ini sederhana, ada meja dengan lima telepon model zaman dulu di atasnya. Semenit telepon dihargai 50 kyat, atau kurang dari Rp700 perak.


Setiap harinya, dia mendapat sedikitnya Rp170 ribu. Keuntungan ini setengahnya dibanding sebelum junta militer berhenti berkuasa. Telepon seluler mulai masuk Myanmar, namun Thin masih bertahan karena yakin jasanya masih digunakan.


Dia mengaku, kebanyakan yang memakai Wartelnya adalah para pemuda dan pemudi yang menelepon kekasihnya. Tingkah laku mereka juga lucu.


"Jika gadis yang menelepon pacarnya, dia bersandar di pohon samping meja, duduk di akar, atau malu-malu memainkan kabel telepon. Jika mereka berkelahi, telepon dibanting. Saya diminta berbohong, bilang pada pacarnya bahwa gadis itu sudah pulang," kata Thin.


Sekitar 50 tahun dikuasai junta, mesin tik di Myanmar juga belum punah. Di beberapa sudut kota, orang-orang tua masih menggunakan mesin tik manual ini. Salah satunya adalah Aung Myint yang bekerja sebagai juru ketik surat-surat legal di sebuah pengadilan.


Myint mengaku dulu pada pemerintahan junta dia kebanjiran order, di antaranya mengetik ulang novel untuk diajukan ke badan sensor. Pria 67 tahun itu mengenang masa itu, di mana dia bisa sampai malam, hanya diterangi cahaya lilin bekerja di depan mesin tik.


Ditanya soal mengetik dengan komputer, dia pilih mesin tik. Menurutnya lebih otentik. "Kau tidak perlu buang waktu dengan cetakan. Jika ada kesalahan, tinggal hapus dan timpa tulisannya. Lebih mudah," kata Mynt.


Jasa telegram juga belum hilang di negara ini. Saat ini, telegram digunakan kebanyakan oleh pegawai bank mengirimkan pesan-pesan kode untuk kantor-kantor cabang di pelosok. Petugas telegram Than Tin, mengaku jumlah pengirim telegram kian menyusut, tapi masih ada.


Dia ingat betul dulu ribuan orang mengantre untuk mengirim telegram, surat cinta, atau mengambil wesel dari keluarga di tempat jauh. "Dulu pekerjaan ini keren sekali," kata pria 58 tahun ini.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya