- Reuters
VIVAnews - Pengamat intelijen dari Lembaga Pengembangan Kemandirian Nasional (LPKN) Wawan Purwanto memaparkan cara yang dapat ditempuh oleh Pemerintah Indonesia untuk mencegah WNI yang kembali dari Suriah dan Irak berbuat teror di tanah air.
Menurut dia, Pemerintah RI perlu mendekati organisasi yang memberangkatkan para pemuda ke Irak dan Suriah. "Setelah itu, data siapa saja yang sudah terlanjur berangkat ke sana," demikian ungkap Wawan, saat dihubungi VIVAnews melalui telepon pada Minggu, 22 Juni 2014.
Dengan mendekati kelompok tersebut, kata Wawan, pemerintah bisa memperoleh data akurat soal keberadaan WNI di Suriah dan Irak. "Sementara, bagi mereka yang kembali ke Tanah Air, dibantu untuk menetralisasi traumanya," kata dia.
Wawan menekankan proses netralisasi trauma ini penting karena butuh waktu yang tidak sebentar. Cepat atau lambatnya proses pemulihan menurut Wawan, tergantung dari mental pemuda yang bersangkutan.
Dia menilai wajar bila para pemuda itu mengalami trauma, karena yang mereka hadapi merupakan perang yang berat. Tujuh ribu pasukan Amerika Serikat yang pernah berperang di Irak saja, kata Wawan, sampai mengalami gangguan mental setelah kembali bertugas dari sana.
Selain itu, Pemerintah RI juga perlu mengimbau warga Indonesia agar tidak terpancing ajakan untuk berperang di sana. "Apabila niat mereka memang ingin menyampaikan bantuan kemanusiaan, bisa disampaikan melalui badan internasional yang bertugas untuk itu dan memiliki perwakilan di Indonesia," ujar Wawan.
Blokir situs
Sementara terkait pesan ajakan yang disampaikan oleh anggota kelompok militan itu melalui media sosial, Kementerian Informasi dan Komunikasi lanjut Wawan, sebenarnya sudah memblokir beberapa situs.
"Tapi, kan bisa saja pesan ajakan itu disebarluaskan melalui media maya. Bagi mereka yang masih bisa mengakses video berisi ajakan itu di negaranya, masih memiliki peluang untuk menyebarluaskan pesan tersebut," terangnya.
Oleh sebab itu, imbauan, masih dinilai salah satu cara yang realisitis untuk ditempuh. Menurut data dari stasiun berita Channel News Asia, ada sekitar 60 WNI yang kini tengah berperang bersama kelompok militan ISIS atau ISIL. Sementara dalam data yang dimiliki oleh Wawan, jumlah WNI yang ikut berperang di sana telah mencapai ratusan. (ita)