Kisah Muslim Uighur

"Mereka Ingin Menjauhkan Anak Kami dari Islam"

Ilustrasi/Kelompok muslim Uighur di Xinjiang, China
Sumber :
  • Reuters

VIVAnews - Kelompok Muslim Uighur di Xinjiang harus hidup di bawah pengekangan Tiongkok. Kehidupan beragama mereka diberangus, didikte untuk tidak lagi mengikuti jalan Islam. Puasa dilarang, identitas keislaman dihilangkan, bahkan kepemilikan Al-Quran harus seizin pemerintah Komunis Tiongkok.

Setiap tahunnya, pemerintah Tiongkok mengeluarkan bagi anak-anak Uighur. Kali ini, larangan itu meluas untuk para siswa, guru, dan pegawai negeri sipil. Tiongkok beralasan, ini demi kesehatan anak-anak. Tapi, ini adalah bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang termaktub dalam piagam HAM PBB.

Larangan sulit sekali dilanggar. Sebab, godaan datang dari guru sendiri. Pemerintah lokal mendesak guru-guru untuk turut melarang murid mereka berpuasa. Terkadang, guru-guru membawa makanan ke sekolah dan memaksa murid memakannya.

"Ini tergantung dari gurunya. Beberapa dari mereka membawa air, roti, permen, dan meletakkannya di hadapanmu, dan kamu harus memakannya," kata Mehmet, seorang siswa SMA dari Kashgar, seperti diungkap oleh Al-Jazeera, akhir pekan lalu. 

Menteri Budi Arie Sebut Kominfo Take Down Ribuan Hoaks Soal Pemilu 2024

Tentara China berjaga di Urumqi, wilayah Otonomi Uighur Xinjiang

Menurut warga Uighur, ini adalah cara Tiongkok untuk menghilangkan pengaruh Islam dalam diri anak-anak Muslim di Xinjiang. Selain dilarang berpuasa, anak di bawah usia 18 tahun juga dilarang datang ke masjid untuk salat tarawih. 

Kendati demikian, para orangtua tidak menyerah dan tetap membawa anak mereka. Terlihat, di sela-sela shaf salat, anak-anak khusyuk beribadah bersama orang dewasa. Selain itu, anak-anak tetap dimasukkan ke madrasah untuk belajar dan menghafal Al-Quran, tindakan yang sebenarnya dilarang di Tiongkok.

"Mereka ingin menjauhkan anak kami dari Islam. Kami tidak diperbolehkan mengajarkan mereka Quran, tapi kami tetap mengajarkan mereka di rumah, diam-diam," kata Ghulam Abbas, penjual ikan goreng di pusat kota tua Kashgar.

Di bawah undang-undang Tiongkok, Al-Quran dan literatur keagamaan Islam yang dipelajari haruslah yang telah mendapatkan persetujuan atau izin negara. "Jika kau tertangkap memiliki versi lain Al-Quran, seperti terjemahan yang berbeda, atau kitab dari Arab Saudi atau Pakistan, kau dipenjara," kata seorang pemilik toko buku di seberang masjid tua Id Kah, yang menolak disebut namanya.

Masjid Id Kah di Kashgar, XinjiangSelain itu, kelompok minoritas Uighur jadi sasaran kebijakan satu anak. Padahal, pejabat  mengklaim  Tapi, Muslim Uighur punya cara mengakali kebijakan. 

"Pemerintah Tiongkok tidak ingin kami punya anak banyak, tapi kami tinggal bayar denda atau menyogok pejabat," kata Abdul Razzak, yang punya lima anak. Seharusnya, muslim Uighur hanya boleh punya dua anak. Dengan tambahan tiga anak, Razzak harus membayar denda 60.000 yuan atau lebih dari Rp114 juta.  

Populasi Menurun

Sebelum Tiongkok menguasai Xinjiang pada 1949, seluruh penduduk di wilayah kaya minyak dan gas alam ini beretnis Uighur. Pada 2000, jumlah etnis keturunan Turki ini menurun hingga setengahnya. 

Perubahan demografi ini terjadi pada tahun 1990an saat Tiongkok membangun Xinjiang. Pemerintah Beijing memindahkan puluhan juta masyarakat etnis Han dari seluruh Tiongkok ke wilayah itu.

Shanju Lalukan Hal Tak Terduga Saat Jonatan Christie Raih Gelar Juara All England 2024

Tahun 1997, Tiongkok menghukum mati 30 separatis Uighur, memicu gelombang protes dan militansi yang menewaskan ratusan orang. Pada Juli 2009, bentrokan terjadi antara Uighur dan etnis Han di Urumqi, menewaskan 184 orang.

Bulan lalu, pengebom bunuh diri menewaskan 39 orang di Urumqi. Polisi Tiongkok membunuh 13 orang yang disebut hendak mengebom kantor polisi di Kashgar.

Lebih dari 400 orang ditangkap di Xinjiang, dituduh teroris. Rabu pekan lalu, 113 orang didakwa di Kashgar atau kejahatan terorisme dan pemicu kebencian rasial.

Golkar Minta 5 Jatah Menteri, Demokrat Pasrah pada Prabowo

Pengungsi Muslim Uighur di Thailand.

Akibat ramainya pemberontakan, Tiongkok makin gencar melarang warga Uighur mempraktikkan ibadah mereka, termasuk dalam berpakaian. pemerintah Tiongkok melarang beberapa jenis jilbab, seperti abaya dari Timur Tengah. Pria juga dilarang menumbuhkan jenggot.

"Pemerintah mengatakan bahwa semua Uighur, jika mereka berjenggot atau memakai hijab, mereka adalah teroris. Semua permasalahan ini dimulai setelah 11 September," kata Abdul Majid, pemilik toko ponsel.

Budi Arie Setiadi, Ketua Umum Projo, Menteri Komunikasi dan Informatika

Menkominfo: Hampir 92% Kebisingan Ruang Digital Isinya Buzzer

Menteri Komunikasi dan Informatika RI Budi Arie Setiadi menyatakan bahwa hampir 92 persen kebisingan yang terjadi dalam ruang digital di Indonesia dipenuhi oleh buzzer.

img_title
VIVA.co.id
19 Maret 2024