PBB Minta Israel dan Hamas Gencatan Senjata

Serangan udara tentara Israel di Jalur Gaza
Sumber :
  • REUTERS/Mohammed Salem
VIVAnews
Indonesian Students Victim of Germany Human Trafficking Mostly In Debt
- Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Sabtu kemarin, 12 Juli 2014 akhirnya meminta Hamas dan Israel untuk melakukan gencatan senjata. Sebab, akibat peperangan yang tidak henti di antara keduanya, telah menyebabkan 157 warga Palestina tewas.

KPU Sebut Gugatan Ganjar-Mahfud yang Singgung Jokowi Salah Sasaran

Sementara hingga saat ini belum ada laporan warga Israel yang terbunuh akibat Operasi Perlindungan Perbatasan yang digelar sejak Selasa kemarin. Dilansir stasiun berita Channel News Asia, Minggu 13 Juli 2014, DK PBB satu suara mendorong agar Israel dan kelompok militan Hamas untuk menghormati hukum kemanusiaan internasional. Serta menghentikan serangan yang megakibatkan semakin banyaknya korban jiwa.
Sopir Truk Penyebab Kecelakaan di GT Halim Ternyata Masih Anak-anak, Bos Akan Diperiksa


DK PBB yang beranggotakan 15 negara ini meminta kedua pihak untuk tetap tenang dan merujuk kepada gencatan senjata November 2012 silam.

Tapi rupanya seruan PBB agar kedua pihak segera meletakkan senjata justru diabaikan. Pasukan Israel tetap melakukan serangan udara.

Pada Sabtu, 12 Juli 2014, mereka kembali menyerang Gaza dan mengenai sebuah pusat perawatan bagi kaum difabel. Menurut keterangan direktur pusat perawatan itu, Jamila Alywa, serangan tersebut menewaskan dua perempuan kaum difabel dan melukai empat penghuni lainnya.


"Mereka tidak memahami apa yang terjadi dan mereka begitu ketakutan," ungkap Alaywa.


Dia menambahkan, pasukan Israel menembakkan roket ke pemukiman sipil dan mengenai mereka tanpa adanya peringatan lebih dulu. BBC edisi Sabtu, 12 Juli 2014 melaporkan pasukan Israel membantah itu.


Mereka mengaku telah memperingatkan penduduk di bagian utara Jalur Gaza untuk meninggalkan rumah demi keselamatan mereka sendiri. Namun, peringatan itu malah dianggap oleh Menteri Dalam Negeri Gaza, sebagai perang psikologis dan meminta penduduk untuk tetap berada di dalam rumah.


Serangan itu turut menewaskan dua keponakan mantan pemimpin kelompok Hamas di Gaza, Ismail Haniya. 


Menurut juru bicara layanan darurat medis Gaza, Ashraf al-Qudra, sebanyak 15 orang telah terbunuh dalam serangan hari Sabtu malam kemarin. Sementara 35 lainnya terluka.


Channel News Asia melaporkan total korban jiwa dalam serangan Sabtu malam mencapai 16 orang. Rumah-rumah dan mesjid turut hancur dihajar pasukan Israel.


Rumah yang diketahui milik Kepala Polisi Gaza, Tayseer Al-Batsh, ikut hancur. Sementara Al-Batsh dilaporkan terluka.


Tak mau kalah, kelompok militan Hamas turut membalas dengan menembakkan roket. Mereka juga mengeluarkan peringatan yang jarang dilontarkan yaitu berencana menyerang ibukota Israel, Tel Aviv.


Menurut sumber pasukan keamanan Palestina, roket itu yang dibidik mengenai kota Yerusalem itu jatuh di kota Hebron dan Bethlehem. Namun, tidak ada warga Israel yang menjadi korban.


Pasukan Israel mengatakan dari empat roket yang diluncurkan Hamas, tiga di antaranya berhasil dicegat di atas kota menggunakan sistem pertahanan Iron Dome dan roket lainnya mengenai area terbuka di bagian selatan.


Bahkan, pada Sabtu malam, dua roket juga ditembakkan ke arah Israel dari Lebanon. Namun, menurut pasukan Israel, roket itu jatuh di area pemukiman yang tidak dihuni warga.


Mereka mengatakan hari Sabtu kemarin, pasukan Israel berhasil mencegat 90 roket yang ditembakkan dari Gaza.


Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada Jumat kemarin menegaskan tidak akan berhenti menyerang Gaza. Dia menyebut akan terus menyerang kelompok militan Hamas.


"Tidak akan ada tekanan internasional yang dapat menghentikan kami dari serangan ini. Kami akan menghancurkan organisasi teroris ini," ungkap Netanyahu.


Israel bahkan telah menyiapkan tank dan berbagai artileri lainnya di sepanjang perbatasan Jalur Gaza untuk kemungkinan adanya serangan darat. Sebanyak 33 ribu tentara disebut Israel telah disetujui oleh kabinet.


Sementara kelompok Hamas menuduh justru Israel lah yang memulai perang ini dengan agresi mereka.


"Ini semua harus dihentikan, karena kami hanya mempertahankan diri," ungkap Haniya.


Melihat konflik ini tidak berujung, Washington mengatakan bersedia memanfaatkan hubungannya di kawasan itu untuk membantu terealisasinya gencatan senjata. Sementara pertemuan juga akan digelar pada Minggu ini di Wina dan dihadiri oleh kepala diplomat dari beberapa negara seperti Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat.


Mereka berkumpul untuk mencari solusi agar kedua pihak bisa melakukan gencatan senjata.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya