Menlu Marty: Tak Ada WNI dalam Kecelakaan Pesawat Taiwan

Kecelakaan pesawat TransAsia di Taiwan
Sumber :
  • REUTERS/Wong Yao-wen
VIVAnews -
Seorang Bocah Idap Sindrom Manusia Serigala, Mukanya Dipenuhi Bulu
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa memastikan tidak ada Warga Negara Indonesia dalam insiden jatuhnya pesawat TransAsia jenis ATR 72-500 di Taiwan pada Rabu malam, 23 Juli 2014.

Profil Qatar, Lawan Perdana Timnas Indonesia di Piala Asia U-23

Marty memperoleh informasi tersebut setelah berkoordinasi dengan perwakilan RI di Taiwan. "Tidak ada WNI dalam kecelakaan tersebut," tulis Marty dalam pesan singkat kepada
Deretan Ciri Satria Piningit yang Diramalkan Jayabaya
VIVAnews pada Kamis, 24 Juli 2014.

Stasiun berita Channel News Asia melansir sejauh ini baru ada dua warga Prancis yang turut dalam penerbangan nahas itu. Hal tersebut dibenarkan oleh Kedutaan Besar Prancis di sana.


Menurut Menteri Perhubungan Yeh Kuang-shih di dalam pesawat itu terdapat 58 penumpang. Termasuk empat kru dan empat penumpang anak-anak.


"Sejauh ini dari informasi yang kami miliki, 12 di antaranya mengalami luka dan telah dilarikan ke rumah sakit. Sementara 46 jasad lainnya masih belum ditemukan," ungkap Yeh.


Belum ada laporan apakah ada korban di darat. Sebab, saat mendarat pesawat menabrak beberapa rumah warga di Desa Sisi yang berjarak hanya beberapa kilometer dari Bandara Magong.


Menurut seorang warga desa bernama Wang, setelah mendengar bunyi keras dia mencium bau bensin dan melihat beberapa penumpang telah berlumuran darah di bagian wajah.


Kendati sempat disebut korban tewas mencapai 58, namun Direktur Jenderal Administrasi Penerbangan Sipil Taiwan Shen Chi meralat jumlah korban tewas menjadi 47 orang.


Sementara kepala petugas pemadam kebarakan setempat, Hung Yung-peng mengatakan kepada stasiun televisi TVBS, ada 11 penumpang yang berhasil selamat. Sementara sisa penumpang lainnya dikhawatirkan tewas.


"Awalnya kami melarikan 12 penumpang ke RS setelah kami tiba di lokasi. Namun, satu penumpang di antaranya dinyatakan meninggal di rumah sakit. Kini, kami masih terus melakukan pencarian terhadap penumpang lainnya yang tertimpa puing pesawat," ujar Hung.


Namun, pihaknya khawatir tidak ada lagi penumpang yang berhasil selamat, karena tubuh penumpang yang berhasil dievakuasi sudah dalam keadaan tak bernyawa.


Menurut Departemen Pemadam Kebakaran di Desa Penghu, sejauh ini sudah ada 42 jasad dan potongan tubuh penumpang yang berhasil dievakuasi dari lokasi.


Sementara itu, Presiden Direktur TransAsia Airways, Chooi Yee-choong membungkuk di hadapan publik dan kamera televisi sebagai bentuk permintaan maaf.


Menurut seorang pejabat di maskapai itu, pesawat dipiloti oleh pilot senior, Lee Yi-liang dan ko-pilot, Chiang Kuan-hsin. Keduanya diketahui telah mengantongi lebih dari 20 ribu jam terbang.


Menurut adik Chiang, kakaknya bekerja keras untuk menjadi seorang pilot.

"Sekarang siapa yang bisa mengembalikan kakak saya," ungkap sang adik sambil menangis terisak-isak.


Presiden Taiwan Ma Ying-jeou pun turut menyatakan duka mendalam. Melalui kantor kepresidenan, Ma mengeluarkan pernyataan tertulis bahwa kecelakaan itu merupakan sejarah terburuk dalam penerbangan di Taiwan.


"Semua warga Taiwan merasakan kepedihan dan kami akan memberikan keluarga penumpang dan korban selamat bantuan dan dukungan," ujar Ma dalam sebuah pernyataan tertulis.


Dia juga disebut sangat sedih mendengar kabar jatuhnya pesawat TransAsia dan telah menginstruksikan unit terkait untuk menjelaskan kejadian tersebut.


Sementara perusahaan pembuat pesawat ATR asal Prancis dan Italia mengatakan burung besi itu dibuat pada Juni 2000 silam.


Pesawat TransAsia dengan nomor penerbangan GE222 tengah membawa 58 penumpang dalam penerbangan domestik dari barat daya kota Kaoshsiung menuju ke sebuah pulau di tepi barat pantai Taiwan.


Pesawat jatuh menabrak rumah-rumah warga dekat Bandara Magong saat akan melakukan pendaratan darurat. Sebelumnya, pendaratan pesawat sempat ditunda karena adanya badai topan Matmo. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya