Umat Muslim dan Kristiani di Gaza Tetap Hidup Toleran dalam Konflik

Warga Palestina beragama Kristen Jalila Faraj Ayyad meninggal
Sumber :
  • REUTERS/Suhaib Salem
VIVAnews - Tidak terbayangkan sebelumnya di benak seorang warga Kota Gaza, Palestina, Mahmud Khalaf, untuk salat di dekat patung Yesus Kristus di suatu ruangan besar. Namun, sejak konflik Israel dan Hamas berkecamuk di Jalur Gaza, Khalaf tidak memiliki pilihan selain menunaikan ibadah salat di dalam gereja. 
Grebeg Kupat Tumpeng Syawalan di Kota Batu Tetap Meriah Meski Hujan Gerimis

Dilansir laman IB Times edisi akhir pekan lalu, kaum Kristiani yang ada di Gaza menyambut warga Palestina yang terkena imbas serangan udara Israel, layaknya saudara kandung. Mereka diberikan tempat untuk mengungsi di Gereja Santo Porphyrius. 
Telkomsel Kasih Kabar Positif

Begitu menjejakkan kaki ke dalam gereja, warga Gaza disambut dengan sapaan "marhaban" atau bermakna "selamat datang" oleh kaum Kristiani yang bekerja di sana. 
Sadis! Ini Motif Menantu Sewa Pembunuh Bayaran Demi Habisi Nyawa Ibu Mertua di Kendari

"Mereka membiarkan kami berdoa. Hal itu benar-benar mengubah pandangan saya terhadap Kristen. Sebelumnya, saya tidak mengenal apa pun mengenai Kristen, namun kini mereka menjadi saudara kami," ungkap Khalaf. 

Di tengah konflik Gaza, warga Muslim dan Kristiani tetap bisa hidup berdampingan, bahkan kian rukun.

"Kemarin malam, kami (kaum Muslim) berdoa bersama. Di sini, cinta antara Muslim dan Kristen telah tumbuh," imbuh Khalaf. 

Dia mengaku terpaksa meninggalkan rumahnya di daerah Shaaf ketika area tersebut menjadi sasaran pesawat tempur Israel. 

Awalnya, dia mengaku bingung dan takut ketika berdoa di gereja. Namun, kini dia mengaku lega karena tidak hanya dia, ada 500 warga Muslim lainnya telah berlindung di gereja itu. 

"Kaum Kristiani menampung kami dan oleh sebab itu kami mengucapkan terima kasih karena telah memberikan kami tempat berlindung," kata dia. 

Saling Menghormati

Khalaf kian terkesan, karena, walaupun kaum Kristiani tidak berpuasa, mereka menghormati kaum Muslim Gaza. 

"Mereka tentu tidak berpuasa, namun mereka dengan sengaja tidak makan di depan kami saat kami berpuasa. Mereka juga tidak merokok atau minum di depan kami," kata Khalaf. 

Sejak Operasi Perbatasan Israel digelar, ribuan warga Palestina dinyatakan tewas. Sementara jumlah korban yang tidak imbang juga jatuh di pihak Israel. 

Saat ini gencatan senjata selama 24 jam telah diajukan oleh kelompok militan Hamas, demi menghormati hari Idul Fitri yang jatuh hari ini. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya