Siswa SMA di Jepang Bunuh Teman Sekolah dengan Sadis

Ilustrasi/mayat
Sumber :
  • iStock
VIVAnews
LPEI Buka Suara soal Dugaan Korupsi Pembiayaan Ekspor Rp2,5 Triliun
- Nasib siswi SMA asal Jepang, Aiwa Matsuo, sungguh tragis. Awalnya, dia hanya ingin mengunjungi apartemen teman perempuannya yang berada di daerah Sasebo, bagian barat daya ibu kota Tokyo.

Kabar Duka Ade Paloh Meninggal Dunia

Namun, pelajar berusia 15 tahun itu malah meregang nyawa di tangan temannya yang berusia sama itu. Laman
Marhan Harahap Dihadang Hingga Meninggal, Jokowi Minta Aparat Keamanan Bertindak Humanis
Dailymail , Senin 28 Juli 2014 melansir, Matsuo ditemukan tewas oleh polisi pada Minggu pagi dalam keadaan kepala terpenggal dan tangan sebelah kirinya dipotong.


Seorang tersangka yang merupakan rekan satu sekolah Matsuo langsung ditahan polisi. Menurut laman
Japan Times,
pelaku yang masih berusia di bawah umur itu, mengaku membunuh Matsuo secara keji dengan tangannya sendiri.


"Saya melakukan itu semua seorang diri," ungkap pelaku yang tidak diungkap identitasnya oleh polisi.


Pelaku tinggal seorang diri di apartemen di Sasebo, sementara kedua orangtuanya tinggal di kota lain. Menurut keterangan polisi, Matsuo diserang dari belakang dan kepalanya dipukul berkali-kali menggunakan benda tumpul terbuat dari logam. Setelah itu pelaku mencekik korban. Pelaku kemudian juga memenggal kepala dan tangan sebelah kiri Matsuo.


Tak pelak kasus ini menggemparkan area Sasebo dan sekolah tempat Matsuo menuntut ilmu.


"Dia merupakan gadis yang jujur. Saya sering bermain dan ngobrol dengan dia," ungkap mantan teman sekelasnya yang berusia 18 tahun.


Namun, menurut rekan satu kelasnya itu, Matsuo kerap memiliki emosi labil. Dia juga sering menangis bila tengah bertengkar dengan seseorang.


Kasus ini terkuak, ketika orangtua Matsuo khawatir putri mereka belum juga kembali dari apartemen di Sasebo. Menurut polisi, Matsuo sempat mengirimkan SMS kepada orangtuanya. SMS itu berisi bahwa dia akan berkunjung ke apartemen temannya.


Kemudian, pada pukul 19.00 pada Sabtu kemarin, Matsuo juga mengirimkan SMS kepada orangtuanya bahwa dia akan pulang.


Insiden mengerikan serupa pernah terjadi di tahun 2004 silam. Saat itu, seorang pelajar SD tega membunuh rekan satu sekolahnya. Akibat peristiwa itu memicu, para pengajar untuk lebih fokus kepada upaya kegiatan sekolah yang membantu pelajar lebih memahami makna hidup.


Namun, kini setelah pembunuhan pada Sabtu lalu itu, banyak orang yang mempertanyakan efektivitas upaya itu.


"Saya begitu sedih dan frustasi. Kami tetap meminta agar mereka menghargai nilai hidup, namun pesan itu tidak tersampaikan," ujar kepala sekolah tempat Matsuo menuntut ilmu.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya