AS dan Uni Eropa Jatuhkan Sanksi Baru Bagi Rusia

Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sumber :
  • REUTERS/Kevin Lamarque
VIVAnews -
Sopir Sedan di Tangsel Jadi Tersangka Usai Tabrak Pemotor dan PKL
Presiden Amerika Serikat Barack Obama, pada Selasa, 29 Juli 2014 kembali menjatuhkan sanksi baru bagi Pemerintah Rusia. Berbicara di Gedung Putih, Obama kembali menyasar ekonomi Rusia, atas keterlibatan Kremlin pada konflik di Ukraina.

Pecahkan Rekor Tertinggi, Harga Emas Hari Ini Tembus Rp 1.249.000 Per Gram

Dilansir
Ten Hag Bawa 3 Pemain Man Utd U-18 ke Tim Senior
BBC , Obama mengatakan telah memperluas sanksi AS ke beberapa sektor kunci perekonomian Rusia, antara lain bidang energi, persenjataan dan keuangan.


"Kami memblokir beberapa produk tertentu yang diekspor ke Rusia untuk mendukung sektor energi, kami memperluas sanksi ke lebih banyak perusahaan perbankan dan pertahanan Rusia. Kami juga menghentikan sementara kredit yang mendukung dan pembiayaan keuangan untuk menunjang beberapa proyek di Rusia," ungkap Obama.


Sementara Kementerian Keuangan AS, mengatakan beberapa bank Rusia yang dijatuhi sanksi antara lain VTB, Bank Moskow, dan Bank Agrikultur Rusia (Rosselkhozbank). Obama mengatakan sanksi ini merupakan konsekuensi keterlibatan Rusia dalam insiden jatuhnya pesawat MH17 di Ukraina.


Pemerintah AS kerap menuding Rusia memasok senjata bagi kelompok separatis Ukraina yang diduga menembakan rudal ke pesawat MH17 pada Kamis, 17 Juli 2014. "Apabila Rusia terus menempuh kebijakan seperti ini, maka harga yang harus dibayar Rusia akan terus bertambah," imbuh Obama.


Dia menambahkan sanksi tambahan lainnya diberikan oleh organisasi Uni Eropa bagi Rusia. Sebelumnya, sanksi ekonomi telah dijatuhkan UE kepada Rusia. Mereka menyasar antara lain sektor minyak, peralatan pertahanan dan teknologi sensitif.


Sementara ketika ditanya media, apakah pemberian sanksi baru ini merupakan awal perang dingin baru, Obama menepisnya. Menurut keterangan pejabat berwenang AS, jika digambarkan dengan kata-kata, maka hubungan kedua negara itu, bisa disebut rumit.


Kendati begitu, menurut pejabat berwenang tadi, kedua negara juga bekerja sama untuk melucuti nuklir Iran dan mengurangi senjata kimia rezim Bashar al-Assad di Suriah.


Sementara Duta Besar Rusia untuk UE, Vladimir Chizhov, mengaku kecewa mendengar dijatuhkannya sanksi baru untuk Negeri Beruang Merah. Menurut dia, UE justru malah ikut terjerumus dalam jalur yang tidak berujung.


"Saya bisa memahami bahwa mereka peduli dan khawatir situasi di Ukraina. Begitu pun kami, namun itu bukan prasyarat untuk menjatuhkan sanksi," ujar Chizhov.


Menurut dia, seharusnya yang dijatuhi sanksi Ukraina dan bukan Rusia, karena negara itu turut berperan dalam konflik di bagian timur.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya