Sumber :
- REUTERS/Kim Kyung-Hoon/Files
VIVAnews
- Sejak empat tahun lalu, China dianggap berhasil menggeser posisi Jepang sebagai kekuatan ekonomi nomor dua di dunia. Negara komunis itu, yang dalam tiga dekade terakhir mendekatkan diri pada prinsip ekonomi pasar, hanya berada di bawah Amerika Serikat (AS).
Menariknya, pencapaian terkini China itu tidak dilontarkan oleh para pejabat di Beijing, melainkan dari pemerintah Jepang pada 16 Agustus 2010. Berdasarkan statistik, ekonomi Negeri Sakura itu kini disalip China.
Menariknya, pencapaian terkini China itu tidak dilontarkan oleh para pejabat di Beijing, melainkan dari pemerintah Jepang pada 16 Agustus 2010. Berdasarkan statistik, ekonomi Negeri Sakura itu kini disalip China.
Menurut Keisuke Tsumura, pejabat Kantor Kabinet Jepang - seperti yang dikutip di laman harian
The Washington Post
- output ekonomi Jepang pada triwulan kedua 2010 sebesar US$1,288 triliun. Sebaliknya, tingkat produk domestik bruto (GDP) China pada periode yang sama sebesar US$1,337 triliun.
Menurut ekonom dari Dai-Ichi Life Research Institute di Tokyo, Yoshiniki Shinke, statistik itu menggambarkan ekonomi Jepang sedang melemah. Pertumbuhan ekonomi Jepang dalam tiga bulan terakhir kurang dari seperlima yang diproyeksikan para ekonom.
"Melambatnya laju ekspor dan lemahnya permintaan domestik, ekonomi akan berada dalam situasi yang berat," kata Shinke.
Menurut para ekonom yang disurvei harian The Wall Street Journal, pertumbuhan ekonomi China kemungkinan tidak akan bisa disaingi oleh Jepang di sepanjang tahun ini. Mereka memproyeksikan bahwa GDP China pada akhir tahun ini - berdasarkan perhitungan dolar - bisa mencapai US$5 triliun.
Jumlah itu masih jauh dari AS, yang GDP-nya diproyeksikan sebesar hampir US$15 triliun. Namun, kalangan ekonom percaya bahwa sekitar sepuluh tahun ke depan China bisa menandingi ekonomi AS.
Sekitar satu dekade lalu, China masih menempati peringkat tujuh kekuatan ekonomi dunia. Namun, pada 2007, China berhasil menggeser Jerman di peringkat ketiga.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Menurut Keisuke Tsumura, pejabat Kantor Kabinet Jepang - seperti yang dikutip di laman harian