VIVAnews - Ancaman wabah virus flu babi (swine virus) masih jauh dari Indonesia, namun antisipasi harus tetap dilakukan sebelum terlambat. Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang memperketat pengawasan di 15 titik penyeberangan laut, udara dan darat di Nusa Tenggara Timur.
Menurut Kepala Balai Karantina Pertanian Klas I Kupang, Farin Hermansah pengawasan ketat diberlakukan di Pelabuhan Tenau Kupang, pelabuhan penyeberangan kapal ferry di Labuan Bajo, Manggarai Barat, pelabuhan laut Alor dan sejumlah pintu penyeberangan laut lainnya.
"Pengamanan yang sama dilakukan di bandar udara El Tari Kupang, bandar udara Waioti Maumere, Bandar Udara Labuanbajo serta sejumlah bandara yang melayani penerbangan dari dan ke Denpasar, Bali," kata Hermansah di Kupang, Selasa 28 April 2009.
Sedangkan pengamanan pintu penyeberangan darat dilakukan di Motaain, Metamasain dan Turiskain, Kabupaten Belu, serta pintu penyeberangan Wini, Kabupaten Timor Tengah Utara. Keempat pintu penyeberangan ini merupakan jalur utama menuju ke Timor Leste. "Khusus pengamanan di empat pintu penyeberangan darat di wilayah perbatasan Timor Leste, akan dibantu pasukan TNI penjaga perbatasan dan aparat kepolisian," kata dia.
Setiap barang bawaan para pelintas batas akan di periksa secara ketat. "Kalau ada daging babi, atau ternak babi yang dibawa dari Timor Leste akan di karantina di pos perbatasan untuk diperiksa kondisi kesehatannya," lanjut Hermansah.
Pencegahan makin ketat, apalagi, kata dia, berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa virus flu babi H1N1 diduga sudah masuk Australia, salah satu negara yang berbatasan langsung dengan NTT.
Sementara Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas Peternakan NTT, Maria Geong, yang dihubungi terpisah, mengatakan, pemerintah serius menanggapi masalah virus flu babi, karena mayoritas masyarakat NTT memelihara babi.
"NTT memiliki populasi babi yang mencapai 500 ribu ekor lebih dan merupakan sumber utama pendapatan masyarakat kecil," ujar dia.
Beberapa langkah pencegahan yang dilakukan pemerintah yakni mengendalikan lalu lintas perdagangan babi dan melakukan seleksi secara ketat terhadap perusahaan pemasok bibit babi yang didatangkan dari luar NTT.
"Untuk sementara, pasokan bibit babi dari Bali dihentikan. Sampai saat ini, kami belum memberikan rekomendasi kepada perusahaan manapun untuk memasok babi ke NTT karena kuatir adanya penyebaran virus flu babi maupun penyakit menular lainnya," kata Maria. Langkah lain yang diambil pemerintah yakni melarang perdagangan babi antar pulau.
Laporan: Jemris Fointuna|Kupang