Penggagas Kudeta Terpilih Jadi PM Thailand

Panglima Militer Thailand, Prayuth Chan-Ocha
Sumber :
  • REUTERS/Damir Sagolj
VIVAnews - Dewan Nasional Legislatif (NLA) Thailand, pagi tadi menunjuk Jenderal Prayuth Chan-ocha sebagai Perdana Menteri baru Negara Gajah Putih itu. Dia dipilih oleh 191 dari 197 anggota parlemen yang hadir. 
Cuan di Bulan Ramadan, BRI Bayarkan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Stasiun berita Channel News Asia, edisi Kamis, 21 Agustus 2014, melansir sebanyak tiga anggota parlemen bersikap abstain, sedangkan tiga lainnya tidak hadir.
Bopeng Parah Bekas Jerawat Ternyata Bisa Disiasati Buat Dihilangkan, Begini Caranya

Usai ditunjuk oleh parlemen, pemilihan Prayuth sebagai PM baru masih harus memperoleh restu dari Raja Bhumibol Adulyadej. Banyak kalangan menilai, restu itu akan diperoleh dengan mudah oleh Prayuth, karena sebelumnya Kerajaan Thailand telah mendukung langkah Prayuth. 
Kemenkominfo Mengadakan Kegiatan Webinar "Hak dan Tanggung Jawab di Ruang Digital"

Sementara itu, laporan koresponden BBC, Jonathan Head dari Bangkok, menyebut, terpilihnya Prayuth sebagai PM bukan hal mengejutkan. Sidang yang digelar pagi tadi pun, ungkap Head, hanya formalitas belaka karena hanya berlangsung selama 15 menit. 

Selain itu, dia dipilih oleh anggota parlemen yang isinya merupakan pendukung setia Jenderal berusia 60 tahun tersebut. 

Saat sidang tadi pagi, Prayuth terlihat tidak hadir. Kantor berita Reuters melaporkan, dia sedang berada di kamp militer di Provinsi Chonburi, bagian selatan Ibu kota Bangkok. 

Diminta komentarnya oleh media soal penunjukkannya sebagai PM baru, Prayuth mengaku tidak tahu mengenai berita itu. 

"Saya tidak tahu telah dipilih," ungkap Prayuth sambil menggelengkan kepala. 

Namun, dia mengatakan langkah pertama yang akan dilakukan sebagai PM ingin membuat Thailand lebih maju. Selain itu, dia menyebut, akan merealisasikan rekonsiliasi tiga fase peta jalan, pembentukan pemerintahan sementara, dan menggelar pemilihan umum. 

Sebelumnya, Prayuth telah memberikan sinyalemen akan mengadakan pemilu di akhir 2015. 

Dengan terpilihnya Prayuth sebagai PM, kekuasaannya di Thailand kian kuat. Menurut seorang pengajar di kajian Hak Asasi Manusia, Universitas Mahidol, Gothom Arya, sama saja Prayuth memiliki kekuatan hukum dalam sistem pemerintahan Thailand. 

"Sejak awal sudah dirancang untuk memberinya kekuasaan agar bisa memerintah negeri ini sesuai dengan hukum," ungkap Gothom. 

Namun, banyak kritik yang menyebut, salah satu tujuan prioritasnya setelah terpilih sebagai PM, dia ingin menghancurkan partai politik yang dibentuk oleh mantan PM Thaksin Shinawatra. Sebab, parpol besutan Thaksin, telah memenangkan pemilu selama 14 tahun terakhir. 

Penegakkan HAM

Selain itu, banyak pihak yang khawatir soal penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM), apabila Thailand dipimpin oleh Prayuth. Menurut seorang diplomat barat yang enggan disebut namanya, Prayuth merupakan seorang tentara dan bukan politisi yang terpilih secara demokratis. 

"Negara-negara barat akan terus menekan Thailand agar menggelar pemilu yang adil danbebas. Saat ini, kami lebih peduli terhadap catatan HAM Thailand," ujar diplomat itu. 

Sejak mengambil alih kekuasaan melalui kudeta, junta militer telah menahan banyak politisi dan aktivis. Sebagian besar telah dibebaskan. Namun, militer tidak membeberkan data lengkap berapa jumlah orang yang dipanggil ke markas militer untuk ditahan dan dibebaskan. 

Prayuth merupakan pemimpin yang bersuara lantang dan pernah menjadi perwira pertama di daerah. Tugasnya saat itu, mengawasi keamanan di Ibu kota Bangkok dan dataran pusat. Di 2010 lalu, dia terpilih menjadi Kepala Komandan Angkatan Bersenjata Thailand. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya