Mengenal James Foley, Jurnalis AS yang Dipenggal ISIS

James Foley di Northwestern University's Medill School of Journalism tahun 2012
Sumber :
  • REUTERS/Tommy Giglio/Northwestern University/Handout via Reuters
VIVAnews - Nasib James Wright Foley, jurnalis lepas asal Amerika Serikat, berakhir tragis. Dia tewas dengan kepala dipenggal oleh kelompok militan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS).
9 Petarung Indonesia Hadapi China di One Pride MMA King Size New Champion

Adegan menyeramkan itu terekam dalam sebuah video berdurasi lima menit dan diunggah ke dunia maya. BBC edisi Rabu, 20 Agustus 2014 melaporkan nyawanya terpaksa dikorbankan oleh ISIS sebagai bentuk peringatan kepada Presiden Barack Obama agar berhenti melakukan serangan udara ke wilayah yang dikuasai kelompok pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi. 
DPR Segera Panggil KPU, Bahas Evaluasi Pemilu hingga Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Foley diculik dan dinyatakan menghilang bulan November 2012 lalu di Suriah. Mobilnya tiba-tiba dihentikan kelompok militan di Provinsi Idlib, bagian utara Suriah. Sejak saat itu, keberadaannya tidak diketahui. 
Sebut Sahabat Lama, Prabowo Unggah Foto Ketemu Surya Paloh Deklarasi Nasdem Bergabung

Pria berusia 40 tahun itu bekerja menjadi jurnalis lepas untuk media Prancis, AFP dan perusahaan media AS, GlobalPost. Saat itu dia tengah meliput derita warga Suriah di bawah kekejaman rezim Presiden Bashar Al Assad.

Namun, ini bukan kali pertama dia diculik ketika tengah meliput. Sebelumnya di tahun 2011, dia dan beberapa rekan jurnalis, diculik kelompok militer yang loyal kepada mantan Presiden Libya, Muammar Khaddafi. Saat itu, Foley tengah meliput dan terus mengikuti kelompok pemberontak penentang rezim Khaddafi. 

"Ide Revolusi Libya yaitu para jurnalis menempel dan mengikuti pergerakan para pemberontak. Itulah yang kami lakukan," ungkap Foley mengenang. 

Alih-alih berjalan sesuai rencana, di bulan April 2011, dia dan ketiga rekan jurnalis lainnya ditangkap. Salah seorang rekannya, Anton Hammerl tewas terbunuh. Peristiwa itu, ternyata meninggalkan dampak yang mendalam bagi Foley. 

"Seorang tentara menekan wajah Anda ke tempat duduk di truk. Saya merasakan adanya pendarahan dari bagian kepala. Itu merupakan rasa terkejut yang paling buruk," kata dia. 

Dia ditahan militer Khaddafi selama 18 hari. Tidak ada satu pun orang yang tahu, apakah dia masih hidup atau sudah mati. 

Kedua orangtua James, Diane dan John, sampai membuat kampanye untuk membebaskan putranya. Alhasil, dia dibebaskan setelah ditahan selama enam pekan. Sebuah tim diplomatik dari AS dan Suriah membantu proses pembebasan itu. 

Kendati pernah ditangkap dan nyawanya hampir melayang, namun hal itu tidak membuatnya ciut. Dia kembali berada di garda terdepan di zona perang dan memberi informasi bagi publik kisah yang tidak pernah didengar sebelumnya. 

Ketertarikannya bekerja menjadi jurnalis perang dipicu dari mendengar pengalaman adiknya yang bekerja sebagai anggota Angkatan Udara AS. Akibat pekerjaannya itu, mengharuskan dia berada di zona perang. 

Jadi Guru

Namun, karier sebagai jurnalis baru dijalani Foley di pertengahan tahun 2000-an. Malah, dia pernah menjadi seorang guru di Arizona, Massachusetts dan Chicago. 

Minatnya di bidang jurnalis baru muncul setelah lulus dari Medill School of Journalism. Kendati baru menekuni profesi sebagai jurnalis di pertengahan tahun 2000, Foley menjalaninya tidak setengah hati. 

"Jurnalisme ya jurnalisme. Apabila saya harus membuat sebuah pilihan untuk tetap berada di kota kelahiran saya di Nashua (New Hampshire) ketimbang berada di zona perang, maka saya akan melepas pilihan pertama. Saya sangat suka menulis dan membuat laporan," kata Foley.

Dengan berada di zona perang, imbuh Foley dan berhasil mengetahui siapa pelaku tindak kekerasan itu yang sesungguhnya, hal tersebut yang justru dia nantikan. 

"Dan saya pikir itu yang benar-benar menginspirasi mengenai pekerjaan ini," imbuhnya. 

Semangat dan gairahnya yang begitu besar di dunia jurnalistik, turut diakui oleh teman-temannya. 

"Dia bersemangat untuk mencari tahu apa yang terjadi di sana dan mengungkap kisah mengenai warga yang paling rentan dari konflik. Dia juga memaparkan peperangan yang berbeda yang telah menghancurkan hidup warga," ungkap janda Hammerl, Penny Sukraj. 

Sukraj menambahkan, semua hal yang dilakukan Foley, tidak sekadar untuk membuat namanya dikenal. Namun, karena dia hidup dan bernafas di bidang jurnalistik. 

Bahkan, warga di Provinsi Idlib, Suriah, turut berduka bagi Foley. Dalam sebuah foto yang diunggah di BBC, terlihat belasan pemuda sambil membawa spanduk bertuliskan: "James Foley akan membuka keburukan Assad dan ISIS membuatnya berkorban nyawa demi memberikan pencerahan bagi visi Obama yang samar. Kami bangga terhadap James".  (umi)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya