ISIS Sempat Minta Tebusan Rp1,5 T agar Wartawan AS Dibebaskan

James Foley di Northwestern University's Medill School of Journalism tahun 2012
Sumber :
  • REUTERS/Tommy Giglio/Northwestern University/Handout via Reuters
VIVAnews - Fakta mengenai penculikan wartawan Amerika Serikat, James Wright Foley oleh kelompok  Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) perlahan-lahan mulai terkuak. Sebelum dieksekusi, penculik Foley sempat beberapa kali mengirim surat elektronik kepada keluarga di New Hamphsire, AS. 
ODGJ Ngamuk di Cengkareng Mau Tikam Kakanya Sendiri, Ternyata Kabur dari Dinsos

Stasiun berita CNN edisi Jumat, 22 Agustus 2014, melansir pernyataan CEO GlobalPost, media online tempat Foley bekerja, Philip Balboni, yang menyebut penculik sempat meminta uang tebusan. Tak tanggung-tanggung, Balboni menyebut, kelompok ISIS meminta uang tunai senilai 100 juta Euro, atau setara Rp1,5 triliun.
PKS Usung Imam Budi Hartono Jadi Bakal Calon Wali Kota Depok, Ahmad Syaikhu: Kinerjanya Bagus

Namun, Balboni tidak pernah menganggap uang tebusan itu secara serius. Walaupun, berdasarkan informasi yang dia ketahui, semua tahanan tidak mengalami akhir tragis jika uang itu dibayarkan. 
Kondisi Terkini Chandrika Chika di Tahanan, Usai Jadi Tersangka Kasus Narkoba

Kendati sempat ragu, Balboni menambahkan, pihak keluarga akhirnya berupaya melakukan pengumpulan uang. Balboni tidak menyebut secara spesifik nominal yang berhasil terkumpul. Jumlahnya, kata Balboni, hanya sedikit.

Dia menambahkan, selama disekap oleh ISIS, keluarga memperoleh enam surat elektronik. Namun, Balboni menekankan, tidak ada satu pun yang berisi upaya negosiasi. 

"Mereka hanya menyatakan sebuah tuntutan dan itu bernilai 100 juta Euro, atau Rp1,5 triliun, atau pembebasan tahanan Muslim," ungkap Balboni. 

Selama berkirim surel, tidak ada satu pun nama tahanan lainnya yang disebut oleh penculik. Saat berkomunikasi itu, Balboni menyebut, keluarga berupaya untuk memastikan bahwa Foley masih hidup. 

Caranya, keluarga diizinkan untuk mengirim tiga pertanyaan yang begitu spesifik dan pribadi, di mana hanya Foley yang mengetahui jawabannya. Alhasil, keluarga yakin Foley masih hidup, karena jawaban yang mereka terima benar. 

Balboni mengatakan selama berkomunikasi melalui surel, penculik tidak pernah mengirim pesan panjang. "Hanya pesan yang sangat pendek, dengan beberapa tujuan spesifik. Mereka membuat tuntutan," kata Balboni. 

Beberapa tuntutan di antaranya, ungkap Balboni, berisi tuntutan politis dan keuangan. Kemudian, surel terakhir dikirim oleh penculik pada tanggal 13 Agustus lalu. Isinya, penculik tidak lagi membuat tuntutan dan mengatakan akan mengeksekusi pria berusia 40 tahun itu. 

Keluarga, tambah Balboni, menjawab surel itu dan memohon belas kasih agar putra mereka tetap dibiarkan hidup dan meminta waktu lebih. Namun, setelah itu mereka tidak lagi menerima jawaban. 

Pada 19 Agustus lalu, muncul video, Foley dipenggal di sebuah gurun. 

AS tolak uang tebusan

Sementara itu, Pemerintah AS, melalui Departemen Luar Negeri, menolak untuk membayarkan uang tebusan tersebut. Menurut mereka, apabila uang tebusan itu dibayarkan, akan lebih banyak sandera lainnya yang diculik ISIS. 

"Kami tidak membuat kesepakatan dengan teroris. Kami tidak membayar uang tebusan," ungkap juru bicara Deplu, Marie Harf dan dikutip stasiun berita Channel News Asia.

Harf menambahkan, pembayaran uang tebusan itu, malah akan mendanai kelompok militan yang sebenarnya tengah coba diberantas oleh AS. Dia menyebut, pengalaman negara lain yang membayarkan uang tebusan bagi warganya, nilainya mencapai jutaan dolar. Hal itu, terjadi tahun ini.

Dia juga menegaskan, Pemerintah AS tidak memiliki kontak komunikasi ke ISIS. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya