Diancam ISIS, AS Tetap Lanjutkan Serangan Udara

Pasukan Kurdi menjaga Bendungan Mosul
Sumber :
  • EUTERS/Youssef Boudlal
VIVAnews - Ancaman kelompok Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) yang ditujukan kepada Pemerintah Amerika Serikat, ternyata tidak mempan. Terbukti, pada Kamis, 21 Agustus 2014, militer AS tetap menyerang beberapa fasilitas yang masih dikuasai ISIS di Irak. 
10 Tips Mencegah Aksi Kekerasan Antar Siswa di Sekolah

BBC edisi Kamis kemarin melaporkan anggota Angkatan Laut AS dan pesawat nirawak kembali menyerang ISIS di kota Mosul. Mereka mendukung pasukan Kurdi dan militer Irak.
Kalau Istri Hyperseks apa yang Perlu Dilakukan Suami? Begini Nasehat Dokter Boyke

Bahkan, sejak video pemenggalan jurnalis AS, James Wright Foley dirilis ke publik, militer Negeri Paman Sam telah melakukan 14 serangan ke dekat Bendungan Mosul. Lokasi itu dianggap fasilitas kunci, karena menjadi sumber daya untuk mengalirkan listrik dan air ke jutaan warga Irak.
5 Artis Cantik Warisi Darah Biru, dari Sumedang Larang hingga Mangkunegaran

Bendungan Mosul beberapa pekan lalu sempat dikuasai oleh ISIS. Namun, fasilitas itu berhasil dikuasai kembali oleh tentara Kurdi yang dibantu pasukan AS pada 18 Agustus lalu. Presiden Barack Obama pada 8 Agustus lalu, mengizinkan serangan udara ke kelompok ISIS. Tujuannya, untuk memukul mundur kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi, agar tidak bergerak hingga ke kota Irbil dan Baghdad. 

Serangan udara yang tetap dilakukan oleh AS seolah menjadi jawaban terhadap ancaman ISIS. Dalam video berdurasi lima menit dan berjudul "A Message to America", penculik dan pemenggal Foley, mengancam akan mengeksekusi jurnalis lepas AS lainnya jika AS tak berhenti melakukan serangan udara ke ISIS.

Jurnalis tersebut diketahui bernama Steven Sotloff. Dia diculik di bagian utara Suriah pada tahun 2013. 

Sementara, Pemerintah AS dan Inggris kini tengah memburu pemenggal Foley. Perdana Menteri David Cameron, mengatakan kemungkinan pemenggal Foley merupakan warga Inggris. 

Dugaan itu diperkuat dari suara yang terekam di video eksekusi Foley. Menurut koresponden BBC, Frank Gardner, pemenggal Foley diduga telah berangkat ke Suriah selama tiga tahun terakhir. 

Harian The Guardian menyebut pemenggal Foley merupakan pemimpin para pejuang asal Inggris di Suriah. Guardian juga menyebut, pemenggal Foley kerap menyebut dirinya "John" dan diyakini tinggal di London. 

Tiga pejuang asal Inggris saat ini diketahui tengah menjaga tawanan ISIS. Mereka disebut "John", "Paul" dan "Ringo" oleh para sandera.  Ketiganya kerap disebut "The Beatles". 

Koresponden BBC lainnya, Rob Watson membenarkan ISIS menggunakan tiga pejuang asal Inggris untuk menjaga para tawanan yang berasal dari negara asing. Sementara menurut, mantan Direktur Badan Intelijen Inggris untuk penanganan terorisme, MI6, Richard Barrett, identitas pemenggal Foley akan segera diketahui. Namun, permasalahan muncul, yakni bagaimana cara mengadili dia.

"Tentu ada beberapa langkah yang akan ditempuh. Langkah tersebut menjadi lebih jelas, ketika identitas pelaku diketahui," ungkap Barrett. 

Sementara Kepala Organisasi Polisi Internasional, Interpol, Ronald Noble, pada Kamis kemarin mengecam dan menyerukan respons global terhadap ancaman yang disebar oleh ISIS. 

"Pembunuhan sadis James Foley oleh ISIS di Irak dan Suriah menekankan kebejatan yang mereka tunjukkan dalam kampanye terornya di seluruh Irak dan Suriah," ungkap Noble. (adi)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya