- REUTERS/Abir Sultan/Pool
VIVAnews - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, konflik selama tujuh minggu di Jalur Gaza berakhir dengan "kemenangan." Israel dan Palestina menemui kata sepakat untuk genjatan senjata.
Di sisi lain, Hamas pun mengklaim konflik yang berujung genjatan senjata itu merupakan kemenangan untuk Gaza. Warga di Gaza memang merayakan genjatan senjata itu dengan turun ke jalanan, Selasa 26 Agustus lalu. Mereka bersuka ria menyambut genjata senjata setelah 50 hari perang dan menewaskan 2.200 orang itu. Mayoritas korban tewas adalah warga Palestina.
Dalam sebuah konferensi pers, Netanyahu mengklaim kelompok Islam Palestina, Hamas, mendapat pukulan keras dan tidak menuntut apapun. "Israel tidak setuju dan tidak menerima apapun tuntuan Hamas," kata Netanyahu, seperti dikutip dari laman BBC.
Pada Rabu 27 Agustus, Program Makanan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bisa memasuki Gaza untuk pertama kalinya sejak 2007. Konvoi kendaraan milik PBB itu membawa makanan yang cukup untuk 150 ribu orang selama 5 hari.
Para nelayan juga mulai berani membawa kapal mereka melaut setelah perang mereda. Ribuan warga Palestina juga mulai kembali ke rumah mereka masing-masing.
Di Israel, sirine peringatan pun sunyi, tak bersuara. Militer Israel juga menyatakan, tak ada pelanggaran sejak genjata senjata berlaku.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyambut gembira akhir dari konflik itu. Namun, dia tetap mengingatkan masa depan peradaban di sana sangat tergantung pada komitmen kedua belah pihak yang bersengketa untuk menjaga genjatan senjata itu.
"Seteah 50 hari penderitaan manusia dan kehancuran bangunan, pelanggaran apapun atas genjatan senjata ini merupakan tindakan tak bertanggung jawab," kata dia.
Baca juga:
Di Amerika Serikat, Sri Mulyani Bertemu CEO MCC Bahas Transportasi Publik di RI
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati bertemu dengan Chief Executive Officer (CEO) Millenium Challenge Cooperation (MCC), Alice Albright disela-sela kegiatannya di AS.
