Menlu Marty: Keberagaman Indonesia Bukan Sekadar Slogan

Menlu RI Marty Natalegawa.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Andika Wahyu
VIVAnews - Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengaku prihatin dengan situasi dunia saat ini yang tengah dirundung konflik dan tindak kekerasan. Sebab, tak jarang kaum muda justru yang paling banyak menjadi korban dalam peperangan atau konflik tersebut.
Dongkrak Industri Kreatif, Sandiaga Uno Dorong Sinergi Pemerintah dan Pelaku Usaha

Demikian ungkap Marty ketika berpidato di hadapan 100 orang pemuda terpilih dari berbagai negara di forum UN Youth pada Kamis, 28 Agustus 2014. Forum tersebut merupakan bagian dari acara bertajuk United Nations of Civilization (UNAOC) ke-6 yang digelar di BNDCC, Nusa Dua Bali.
Nikmati Hari Raya Tanpa Khawatir! Ini Tips Jitu Cegah Kolesterol Tinggi

Marty menambahkan, sering kali justru kaum muda yang menjadi korban tindak kekerasan itu justru bukan pemicu dari peristiwa itu. Oleh sebab itu, dia berharap ratusan pemuda yang menghadiri forum itu bisa belajar dari konflik itu dan memberikan visi alternatif.
Seorang Pria Nekat Terobos Istana Negara di Malam Takbiran, Polisi Bilang Begini

"Visi alternatif itu bukan berupa lingkar tindak kekerasan dan ketegangan konflik, melainkan siklus kepercayaan di komunitas," ungkap Marty.

Kaum muda, imbuh Marty, selalu menyimpan energi untuk menyatukan perbedaan. Mereka dapat berkomunikasi secara langsung dan mengenali di mana perbedaan di antara mereka muncul.

"Walaupun begitu, mereka tetap dapat bertukar pikiran dan memiliki rasa solidaritas yang tinggi," ujar pria yang sebelumnya pernah menjabat Juru Bicara Departemen Luar Negeri.

Dalam kesempatan itu, Marty mengatakan tema keberagaman yang diangkat dalam UN Youth bukan cuma sekadar slogan belaka. Melainkan sudah menjadi fakta kehidupan sehari-hari.

Pada tahun ini, tema yang diangkat "The Role of Youth in Promoting Unity in Diversity through education, media, migration and entrepreneurship/employment".

"Indonesia memiliki banyak keberagaman dan banyak perbedaan dalam hal etnis dan agama. Namun, kami masih bisa duduk di satu meja dalam perbedaan itu. Kami, bersatu sesuai dengan prinsip demokrasi."

Walau begitu, Marty tidak menampik sistem demokrasi memiliki konsekuensi, yaitu tidak menghasilkan kesepakatan dalam waktu yang pendek, bahkan bisa membuat jurang perbedaan kian curam.

Untuk memahami keberagaman Indonesia, para peserta akan diajak untuk melihat Pura Taman Ayun.

Marty berharap kaum pemuda yang menjadi peserta dalam forum tersebut bisa memberikan rekomendasi yang diberikan pada hari Jumat, 29 Agustus 2014.

Sementara Perwakilan PBB untuk Aliansi Peradaban, Nassir Abdulaziz Al-Nasser, berharap para pemuda dapat mengurangi konflik peperangan.

"Kami berinvestasi kepada kaum muda untuk membawa perubahan bagi kaum muda lainnya," kata Nasser.

Para peserta UN Youth Forum berasal dari 100 calon pemimpin muda yang diseleksi dari lebih 3.000 pemuda di seluruh dunia.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya